Jika mengacu pada presentasi Menko Luhut, saat ini di Jawa dan Bali terdapat 684 dokter umum bagi pasien Covid-19. Jumlah ini hanya 19-23 persen dari kebutuhan!
Adapun jumlah perawat untuk pasien Covid-19 tercatat 4.368, atau hanya 21 persen kebutuhan.
Memang pemerintah berencana menambah dokter dan perawat. Namun, saya masih sangsi bagaimana realisasinya.
Melihat beratnya situasi yankes, kita harus cepat menurunkan dua target, yaitu (i) laju transmisi dan (ii) tingkat hospitalisasi.
Di sini saya tidak membahas target pertama karena memerlukan tulisan tersendiri tentang pembatasan sosial, pemeriksaan dan penelusuran, serta protokol kesehatan.
Untuk target kedua, arahnya adalah meminimumkan jumlah penduduk yang secara medis wajib dirawat di RS jika mereka terinfeksi Covid-19. Gampangnya, gejalanya ringan kalaupun ada yang terinfeksi Covid-19 sehingga tidak perlu masuk RS.
Intervensi kesehatan yang efektif dalam mencapai target kedua adalah vaksinasi. Bukti empirisnya bisa kita ambil dari sejarah bahkan dari pandemi sekarang.
Contoh bukti sejarahnya adalah epidemi cacar air di Kanada pada 1885. Tingkat kematiannya 30-40 persen, jauh lebih tinggi dari Covid-19.
Apakah saat itu ada kelompok anti-vaksin? Ada. Pelopornya malah seorang dokter bernama Alexander M Ross.
Argumen yang dipakai juga sama, yaitu epidemi tidak ada, cacar air tidak berbahaya, sementara vaksin lebih berbahaya. Faktanya, dunia berhasil mengatasi cacar air dengan vaksinasi sebagai program utama. Lucunya, Dr Ross ternyata juga memilih divaksin.
Untuk bukti empiris vaksinasi Covid-19, kita lihat data Inggris Raya yang memulai vaksinasi sejak 8 Desember 2020.
Di Skotlandia, dosis pertama vaksin terbukti menurunkan hospitalisasi 85-94 persen, di Inggris 75 persen. Itu yang dirilis Public Health Scotland dan Public Health England pada 22 Februari 2021.
Terhadap varian Delta, pada 14 Juni 2021 mereka merilis penurunan hospitalisasi 92-96 persen. Risetnya dilakukan oleh Julia Stowe et al, melibatkan 14.019 orang yang terinfeksi varian Delta selama 12 April–4 Juni 2021, dengan hanya 166 yang perlu perawatan RS.
Di Amerika Serikat (AS), vaksinasi dihitung telah menghindarkan 1,25 juta orang dari perawatan RS dan mencegah 279.000 kematian. Penelitinya adalah Profesor Alison Galvani (Yale School of Public Health), Profesor Seyed M Moghadas (York University), dan Eric C Schneider.
Jadi, vaksinasi terbukti menurunkan tingkat hospitalisasi. Ini karena orang yang divaksin akan mengalami gejala yang lebih ringan jika terinfeksi.
Namun, soal korelasi vaksin terhadap penurunan transmisi, bukti empirisnya belum kuat. Risiko tertular masih ada meski kita sudah divaksin.
Dengan beratnya tekanan terhadap sistem yankes, sementara vaksin terbukti mengurangi hospitalisasi, argumen kesehatan bagi percepatan vaksinasi sangatlah kuat.
Kalau dari sisi ekonomi, percepatan vaksinasi adalah kebutuhan pokok.
Alasannya, vaksin dapat mengurangi tingkat keparahan penyakit, sehingga orang lebih konfiden beraktivitas ekonomi, baik investasi, produksi, distribusi, maupun konsumsi. Konfiden ini unsur vital bagi pertumbuhan.