Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur BI Beberkan Dampak Krisis Evergrande ke Indonesia

Kompas.com - 22/09/2021, 12:48 WIB
Rully R. Ramli,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Krisis likuiditas yang terjadi pada perusahaan properti asal China, Evergrande, dianggap bisa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian global, termasuk Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, krisis yang terjadi pada salah satu perusahaan pengembang properti terbesar China itu kembali menimbulkan ketidakpastian terhadap perekonomian khususnya pasar keuangan global.

"Dampak yang terjadi di Tiongkok dapat kami sampaikan, memang berpengaruh terhadap ketidakpastian pasar keuangan global," kata dia, dalam konferensi pers virtual, Selasa (21/9/2021).

Baca juga: Alami Krisis Likuiditas, Evergrande Sampai Utang ke Karyawan

"Ketidakpastian yang dulu tinggi memang terus mereda, mereda, kemudian dalam jangka pendek ini terpengaruh oleh yang terjadi di Tiongkok, khususnya kegagalan bayar korporasi tadi," tambahnya.

Lebih lanjut Perry mengakui, kasus tersebut juga telah memberikan dampak terhadap pasar modal nasional. Namun demikian, dampak tersebut bersifat faktor eksternal, karena sentimen berasal dari pasar modal global.

Dari sisi internal, Perry menegaskan, kondisi perekonomian RI berada dalam level yang positif. Ini terefleksikan dari berbagai indikator, mulai dari defisit transaksi berjalan yang terjaga hingga nilai tukar rupiah yang cenderung menguat pada beberapa sesi perdagangan terakhir.

"Dengan perkembangan ekonomi-ekonomi yang terus membaik di Indonesia, kami perkirakan bahwa perkembangan pasar modal Indonesia lebih mencerminkan kondisi fundamental-fundamental Indonesai daripada kondisi-kondisi teknikal pasar," tutur Perry.

Sementara terhadap investasi portofolio, dampak dari krisis Evergrande disebut minim. Ini terefleksikan dengan realisasi aliran modal asing masuk sebesar 1,5 miliar dollar AS.

"Sehingga itu tentu saja dampaknya terhadap investasi portofolio tidak nampak," ujar Perry.

Baca juga: Krisis Evergrande di China Bisa Pengaruhi Ekonomi Global?

Bukan hanya investasi portofolio, dampak krisis Evergrande terhadap pasar keuangan juga dinilai tidak terlalu signifikan, terlihat dari nilai tukar rupiah yang cenderung menguat.

Sebagai informasi, Evergrande memiliki kewajiban berupa utang sebesar 300 miliar dollar As atau sekitar Rp 4.260 triliun (kurs Rp 14.200).

Sampai dengan akhir pekan lalu, total utang yang jatuh tempo diperkirakan lebih dari 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,4 triliun.

"Terdapat risiko penularan bila masalah Evergrande di China tidak terselesaikan. Saya pikir akan ada perusahaan pelat merah dengan kondisi keuangan yang baik yang bakal mengambil alih (Evergrande Group)," ujar Chief Investment Officer Rockefeller Global Family Office, Jimmy Chang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com