Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB Kembali Pangkas Proyeksi Ekonomi RI, Jadi 3,5 Persen Sepanjang 2021

Kompas.com - 22/09/2021, 12:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) kembali merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021.

Dalam laporan terbaru bertajuk Asian Development Outlook Supplement - September 2021, ADB merevisi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 hanya mencapai 3,5 persen.

Proyeksi ini lebih rendah dibanding proyeksi 4,5 persen pada April 2021 maupun 4,1 persen di Juli 2021.

Baca juga: Meski Ada PPKM, BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2021 Capai 5 Persen

"Kami prediksi ekonomi sekitar 3,5 persen di 2021. Seharusnya lebih besar dari masa sebelum Covid-19, namun perekonomian juga mengalami perlambatan akibat wabah gelombang potensial berikutnya dan risiko keuangan maupun perdagangan global," kata Country Director ADB for Indonesia, Jiro Tominaga, dalam ADB Outlook Update secara virtual, Rabu (22/9/2021).

Senior Country Economist ADB, Henry Ma menambahkan, proyeksi dipengaruhi oleh varian Delta pandemi Covid-19. Varian ini menimbulkan pembatasan masyarakat sehingga mobilitas warga berkurang.

Indikator-indikator ekonomi seperti penjualan ritel, penjualan kendaraan yang mulai tumbuh di bulan Januari-Juni kembali melambat ketika varian Delta menyebar di bulan Juli-Agustus 2021.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2021 bahkan hanya 77,3. Indikator ini merupakan yang paling rendah sejak Mei 2020 selama pandemi Covid-19. Akhirnya, ekonomi pada bulan Juli-Agustus terkontraksi dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2021.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 persen di kuartal II 2021 lebih rendah dari ekspektasi. Pertumbuhan ini memberikan basis pertumbuhan yang lebih rendah dibanding tahun berikutnya.

Baca juga: PPKM Berlanjut, BI Tetap Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Kisaran 3,5 - 4,3 Persen

"Dengan pertumbuhan 3,5 persen pada 2021, maka riil GDP di 2021 akan 1,4 persen lebih besar dibanding 2019," ucap Henry.

Namun demikian, perlambatan pertumbuhan juga terjadi di negara-negara berkembang kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan, maupun ekonomi global. Hal ini dipengaruhi oleh potensi kehadiran varian baru virus Covid-19 setelah Delta, Mu, dan Lambda.

Kemudian, ada risiko penurunan ekonomi global karena tapering Bank Sentral AS, The Fed dan peningkatan infeksi virus di Amerika Serikat.

"Ada negara yang mengalami kontraksi di sektor layanan dan jasa, ada peningkatan infeksi atau penularan di negara-negara maju seperti AS sehingga kita harus hati-hati di akhir tahun 2021," pungkas Henry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

DANA dan Jalin Sepakati Perluasan Interkoneksi Layanan Keuangan Digital

Whats New
Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Kredit UMKM Bank DKI Tumbuh 39,18 pada Kuartal I-2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Mandiri Capai Rp 1.435 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Imbas Boikot, KFC Malaysia Tutup Lebih dari 100 Gerai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com