Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut Bantah Ada Pembahasan dengan Pemerintah untuk Pailitkan Garuda Indonesia

Kompas.com - 27/10/2021, 16:59 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra membantah adanya pembahasan dengan pemerintah untuk mempailitkan maskapai flag carrier ini. Ia bilang, hingga saat ini pemerintah terus mengupayakan penyelamatan Garuda Indonesia lewat restrukturisasi.

Irfan menjelaskan, maskapai pelat merah yang dipimpinnya saat ini memang tengah menghadapi situasi sulit karena menumpuknya utang. Oleh karena itu, untuk kembali menyehatkan Garuda Indonesia, dilakukanlah restrukturisasi utang terhadap para kreditur, termasuk pula restrukturisasi operasional perusahaan.

"Pemegang saham dan manajemen akan berusaha semaksimal mungkin dan memfokuskan diri juga mengabaikan isu-isu yang tidak terkait upaya restrukturisasi, untuk memastikan restrukturisasi ini berhasil karena ini kewajiban kita bersama," ujar Irfan kepada Kompas.com, Rabu (27/10/2021).

Baca juga: Daftar 11 Maskapai Penerbangan RI yang Bangkrut, Garuda Menyusul?

"Upaya inilah yang dilakukan setiap hari, 24 jam oleh manajemen, pemegang saham, komisaris dengan para adviser kami. Jadi jangan dibilang bahwa kita ada opsi mempailitkan atau mengganti (dengan maskapai lain)," lanjutnya.

Menurut Irfan, meskipun ada banyak pandangan dari berbagai pihak tentang keberlangsungan Garuda Indonesia sebagai maskapai, namun saat ini pihaknya dan pemerintah fokus pada upaya untuk menyehatkan kembali perusahaan.

Di sisi lain, kata dia, proses restrukturisasi tentu memakan waktu yang panjang karena melibatkan banyak pihak, mulai dari lender, lessor, hingga pemegang sukuk global. Upaya negosiasi pun terus dilakukan ke pihak-pihak yang memiliki piutang dengan Garuda Indonesia.

Dengan demikian, keberhasilan dari restrukturisasi dan negosiasi juga bergantung pada banyak pihak. Maka, bersamaan dengan itu pemerintah menyiapkan PT Pelita Air Service, anak usaha dari PT Pertamina (Persero) untuk masuk ke penerbangan berjadwal.

Baca juga: Soal Opsi Garuda Diganti Pelita Air, Ini Kata Stafsus Menteri BUMN

Tujuannya, bila restrukturisasi dan negosiasi tak berhasil dilakukan, maka pemerintah bisa membesarkan Pelita Air Service sebagai maskapai yang melayani penerbangan berjadwal.

Irfan menekankan, mempersiapkan Pelita Air bukan berarti Garuda Indonesia akan dipailitkan, melainkan pemerintah masih mengupayakan untuk maskapai pelat merah ini sehat kembali.

"Jadi lihatnya dari dua sisi itu. Karena kalau kita rembetin kemana-mana, ada analisa atau interpretasi dari pihak-pihak lain, ceritanya malah jadi disimpulkan 'Oh pemerintah mau mempailitkan Garuda'. Kan pening saya juga jawabnya kalau sudah begitu. Emang siapa juga yang bilang pemerintah mau pailitkan Garuda? Kan enggak ada," pungkasnya.

Baca juga: Profil Pelita Air, Maskapai Pengganti Andai Garuda Ditutup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com