Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Ajak Merck dan Pfizer Bangun Pabrik Obat Covid-19 di RI, Ini Perkembangannya

Kompas.com - 08/11/2021, 19:30 WIB
Ade Miranti Karunia,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Baru-baru ini, pemerintah Indonesia bertemu dengan perusahaan produsen farmasi Merck dan Pfizer di Amerika Serikat (AS).

Pertemuan tersebut diwakilkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Di sana, mereka membujuk kedua produsen farmasi tersebut agar mau membangun pabrik di Indonesia.

Baca juga: Terbang ke AS, Luhut dan Menkes Rayu Merck Bikin Obat Covid-19 di Indonesia

Bagaimana kelanjutan dari pertemuan itu?

Luhut bilang, pertemuan dengan Merck dan Pfizer ada kemajuan meski tidak dijelaskan secara detil.

"Mengenai obat ini (Molnupiravir) dan vaksin saya pikir, pemerintah sangat agresif dan saya terlibat di dalamnya. Saya kira pembicaraan kita dengan Merck dan Pfizer sudah sangat maju. Kita berharap pabriknya harus ada dalam negeri sehingga kita tidak jadi pengimportir saja tetapi menjadi produser," ujar Luhut dalam konferensi pers virtual, Senin (8/11/2021).

Pemerintah ingin Indonesia tidak lagi menjadi negara importir lantaran bahan baku obat-obatan selalu didatangkan dari negara luar.

Alasannya, Indonesia selama ini bergantung bahan baku obat-obatan dari luar malah menemukan kendala seperti sulitnya mencari obat mengandung parasetamol.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Covid-19 Usai Natal dan Tahun Baru, Bio Farma Amankan Pasokan Obat

"Negara kita yang sebesar ini jangan tetap menjadi negara pengimpor saja. Kita sudah alamin bagaimana sakitnya kita tidak bisa mendapatkan parasetamol karena India diblock. Sakitnya kita sudah tanda tangan kontrak untuk mendapatkan vaksin Astrazeneca ditahan oleh India. Jadi ini pengalaman-pengalaman pahit yang harus kita selesaikan," ungkap Luhut.

Akibat pengalaman pahit itulah Luhut meminta kepada para importir menyudahinya dan mendorong investasi untuk membangun negeri.

"Jadi heal reform yang sedang dilakukan sekarang ini untuk kebaikan kita semua," imbuh dia.

Dalam kesempatan itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, ada dua strategi agar kebutuhan obat-obatan Covid-19 bisa tersedia ketika jelang Natal dan Tahun Baru.

"Untuk pengadaan Molnupiravir dari Merck maupun Pfizer atas arahan Pak Menko, kita lakukan dua strategi. Strategi jangka pendek, kita ingin datangkan cepat, ini impor dulu sebelum Nataru jadi sudah ada stoknya sehingga terjadi di Nataru kita sudah siap obatnya," jelas Budi.

Baca juga: Ini Kata Kalbe Farma soal Sertifikasi Halal Produk Obat-obatan

Sementara untuk jangka menengah, pemerintah akan memilih perusahaan pengimpor obat yang berkomitmen membangun pabriknya di Indonesia.

"Bisa investasi langsung, bisa melalui BUMN atau swasta yang penting dia bangun pabriknya di Indonesia," sambung dia.

Budi menambahkan, pekan ini, pemerintah RI kembali lakukan pembahasan lanjutan dengan Merck dan Pfizer mengenai tawaran pembangunan pabrik farmasi.

Pada 20 Oktober 2021, Luhut dan Budi Gunadi Sadikin melakukan kunjungan kerja ke AS. Mereka diketahui melakukan pertemuan dengan produsen farmasi Merck. Pertemuan tersebut akan membahas mengenai obat-obatan yang dinilai ampuh bisa mengobati penyakit dari penularan wabah virus corona (Covid-19). Salah satu obatnya adalah Molnupiravir.

Selain membahas mengenai obat Covid-19, pemerintah akan merayu perusahaan tersebut untuk berinvestasi di Indonesia.

Baca juga: Luhut Sebut PPKM Bakal Terus Diterapkan Selama Belum Ada Obat Covid-19

Pemerintah juga sedang mempertimbangkan penggunaan obat Proxalutamide dari Suzhou Kintor Pharmaceutical dan AT-527 yang kini sedang dikembangkan oleh Roche & Athea. Ketiga obat ini berpotensi jadi obat terapip Covid-19.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com