Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Blockchain? Teknologi di Balik Bitcoin dan Mata Uang Kripto

Kompas.com - 13/11/2021, 13:13 WIB
Mutia Fauzia

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Blockchain adalah teknologi yang mendasari perkembangan mata uang kripto seperti bitcoin, ethereum, atau bentuk aset kripto lain.

Padahal sebenarnya, manfaat dan fungsi blockchain tak hanya untuk mata uang kripto saja, namun juga digunakan untuk beragam bidang lain terkait teknologi dan digitalisasi.

Bila dipahami secara harfiah, blockchain terdiri atas dua kata bahasa Inggris, yakni block yang berarti kelompok dan chain yang berarti rantai.

Sehingga, pengertian blockchain bisa diartikan sebagai teknologi yang memanfaatkan komputasi untuk menciptakan kelompok-kelompok atau blok yang saling terhubung satu sama lain. Blok-blok tersebut berisi catatan transaksi serta melacak aset dari sebuah jaringan bisnis.

Baca juga: Blockchain Tumbuh Pesat, Transaksi Kripto Diprediksi Lampaui Kartu Kredit dalam 3 Tahun

Untuk bisa lebih memahami pengertian blockchain, fungsi blockchain, serta contoh penggunaan blockchain, simak penjelasan berikut.

Apa Itu Blockchain?

Dilansir dari buku Blockchain for Dummies oleh Manav Gupta dijelaskan, blockchain mulanya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan sistem yang efisien, hemat biaya, andal, dan aman untuk melakukan dan mencatat sebuah transaksi keuangan.

Blockchain mulanya digunakan pada bitcoin yang dikembangkan pada tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto.

Tak seperti uang tradisional yang diterbitkan oleh bank sentral, bitcoin tidak memiliki otoritas sentral dan tidak ada pihak yang mengontrol.

Ketimbang bergantung pada otoritas sentral untuk mengawasi, melakukan verifikasi dan menyetujui transaksi serta mengelola pasokan uang, bitcoin diaktifkan oleh jaringan komputer peer to peer.

Dilansir dari Investopedia, blockchain adalah sebuah pusat data terdistribusi yang dibagikan pada setiap titik yang ada pada jaringan komputer.

Sebagai data base atau pusat data, blockchain berisi beragam informasi dalam format digital.

Informasi yang ada di dalamnya tergantung pada jenis penggunaan blockchain. Misalnya saja pada bitcoin, informasi yang terdapat di dalamnya terkait dengan detil transaksi, jumlah koin, pemilih koin, hingga penerima koin.

Dengan demikian, blockchain berfungsi untuk menjaga catatan mengenai transaksi yang aman dan terdesentralisasi.

Apa yang membedakan blockchain dengan pendataan konvensional?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sistem blockchain membuat sebuah catatan transaksi menjadi terdesentralisasi. Blockchain adalah sebuah buku kas besar (ledger) yang terdistribusi.

Baca juga: Transaksi Terus Meningkat, Edukasi Aset Kripto dan Blockchain Terus Digencarkan

 

Teknologi inilah yang membuat pencatatan terjadi di banyak komputer atau yang dikenal dengan nodes atau simpul.

Setiap pengguna blockchain bisa menjadi simpul-simpul yang saling terhubung, namun untuk pengoperasiannya, membuautuhkan tenaga komputer yang sangat besar. Simpul-simpul tersebutlah yang kemudian melakukan verifikasi, menyetujui, dan mencatatkan data di ledger.

Cara Kerja Blockchain

Lalu, bagaimana cara kerja blockchain? Ide mengenai blockchain sebenarnya bermula sejak tahun 1991. Kala itu, Stuart Haber and W. Scott Stornetta menerbitkan jurnal dengan judul Journal of Cryptography: How to Time-Stamp a Digital Document sejak tahun 1991.

Tujuan utama blockchain adalah untuk mengizinkan informasi digital untuk tercatat dan terdistribusi tanpa bisa diubah. Dengan demikian, blockchain adalah pondasi atas buku besar atau ledger yang tidak bisa diubah, dihapus, atau dihancurkan. Inilah yang menyebabkan blockchain disebut sebagai distributed ledger technology (DLT).

Pada sistem bitcoin misalnya, bisa digambarkan cara kerja blockchain sebagai berikut:

  • Seseorang membeli bitcoin
  • Transaksi tersebut kemudian tertransmisi melalui jaringan komputer secara peer to peer yang tersebar di seluruh dunia.
  • Jaringan komputer tersebut kemudian menyelesaikan sebuah persamaan yang berfungsi untuk mengonfirmasi validitas dari transaksi
  • Setelah transaksi dikonfirmasi sebagai transaksi yang sah, kemudian akan dikelompokkan bersama untuk menjadi blok.
  • Blok-blok inilah yang kemudian digabungan kemnjadi satu dan menjadi sebuah catatan panjang transaksi permanen yang tidak bisa diubah
  • Transaksi selesai.

Dilansir dari Times, ide awal dari blockchain, yakni untuk mencitapakn catatan transaksi yang aman, terdesentralisasi, serta permanen menarik minat banyak industri.

Blockchain pun dipercatat bisa menjadi jawaban atas banyak kekhawatiran yang muncul di era digital, mulai dari masalah keamnanan, proses pencatatan, dan masalah keamanan kepemilikan data di masa kini.

Baca juga: Bank Sentral Singapura Peringatkan Investor Soal Risiko Aset Kripto

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com