Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Garuda Fokus Penerbangan Domestik, Ini Rute Internasional yang Ditutup

Kompas.com - 20/11/2021, 14:18 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memutuskan mengurangi rute penerbangan internasional secara bertahap dan fokus pada penerbangan domestik. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk menyehatkan keuangan perseroan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini setidaknya sudah ada sejumlah rute penerbangan internasional yang disetop perseroan. Terdiri dari rute Melbourne dan Perth di Australia, Osaka di Jepang, Jeddah di Arab Saudi, dan seluruh rute ke China.

"Jeddah belum buka karena nunggu umrah. Penerbangan ke China memang ditutup oleh pemerintah China," ujar Irfan kepada Kompas.com, Sabtu (20/11/2021).

Baca juga: Ini Upaya Garuda Indonesia Nego Utang dengan Lessor dan Krediturnya

Menurutnya, saat ini Garuda juga sedang mengevaluasi semua rute penerbangan internasional yang dimiliki untuk memastikan rute mana saja yang selanjutnya perlu ditutup atau dipertahankan.

"Semuanya (rute internasional) kami review," imbuh dia.

Pada pertengahan tahun, Garuda juga sempat memantau dengan ketat terkait potensi keuntungan dari rute penerbangan ke Sidney di Australia, Amsterdam di Belanda, Kuala Lumpur di Malaysia, dan Seoul di Singapura.

Namun hingga saat ini, maksapai pelat merah tersebut masih mempertahankan keempat rute penerbangan itu. Menurut Irfan, rute-rute tersebut belum ditutup karena permintaan penerbangan ke sana sudah mulai membaik.

"Situasi membaik, profitability bisa kami tingkatkan. Toh frekuensinya terbatas, hanya seminggu sekali, meski sesekali bisa ditambah," kata Irfan.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, Garuda akan secara masif fokus pada rute-rute penerbangan domestik, sedangkan rute-rute penerbangan internasional dikurangi signifikan.

"Untuk internasional itu hanya beberapa yang dibuka dan itu pun sebagian besar karena adanya volume kargo yang baik. Jadi tidak akan lagi mempunyai rute-rute seperti Amsterdam, London, Korea Selatan, dan sebagainya, itu di shutdown," ujarnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Berdasarkan rencana bisnis ke depan, Garuda hanya akan memiliki 140 rute penerbangan di 2022, atau berkurang 97 rute penerbangan dari sebelumnya di 2019 memiliki 237 rute penerbangan.

Seiring dengan semakin berkurangnya rute penerbangan, perseroan pun memangkas jumlah pesawatnya. Jika di 2019 Garuda Indonesia beroperasi dengan 202 pesawat maka akan menjadi 134 pesawat di 2022, atau berkurang 68 pesawat.

Baca juga: Garuda Indonesia Hadirkan Penerbangan Tematik "President Flight's"

Selain itu, jenis pesawat Garuda Indonesia juga akan dikurangi dari 13 menjadi hanya 7. Sebab, banyaknya jenis pesawat yang digunakan malah menambah beban keuangan perusahaan karena kompleksnya perawatan yang harus dilakukan.

"Ini salah satu inefesiensi di masa lalu, karena pesawatnya macam-macam. Biasanya airline yang bagus itu punya 3-4 macam pesawat, di Garuda pesawatnya ada banyak sekali (jenisnya), dan itu membuat kompleksitas dari pengelolaan mantainance-nya sehingga cost menjadi mahal," jelas Tiko, sapaan akrabnya.

Meski demikian, rencana bisnis perusahaan menargetkan jumlah pesawat Garuda Indonesia bisa meningkat menjadi 188 pesawat di 2026. Hal itu seiring dengan optimisme bisnis perseroan bisa mulai kembali pulih bila negosiasi dengan para kreditur berhasil.

"Memang sebagian pesawat sudah di-grounded oleh lessor dan diharapkan ke depan akan bertumbuh lagi, kalau business plan-nya berjalan mungkin jadi 188 pesawat. Tapi yang pasti jenis pesawatnya akan dikurangi menjadi 7," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com