Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Mau Jadi Negara Maju, Menteri PPN: Ekonomi Harus Berbasis Pengetahuan dan Teknologi

Kompas.com - 26/11/2021, 09:42 WIB
Fika Nurul Ulya,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia berencana menjadi negara maju tahun 2045.

Pada umur 100 tahun usai kemerdekaan, Indonesia berlomba menjadi ekonomi terbesar kelima secara global yang didorong oleh ekonomi pengetahuan.

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan, artinya Indonesia butuh investasi dalam pengetahuan dan inovasi untuk mengatasi masalah kebijakan penting.

Baca juga: Ungkap Jangkar Pemulihan Ekonomi, Jokowi Puji Realisasi Investasi Jabar

Investasi itu mesti dikolaborasi oleh beberapa pihak, yakni pemerintah, sektor swasta, dan lembaga riset.

"Kolaborasi triple helix antara pemerintah, swasta, dan lembaga riset menjadi penting untuk bisa menjawab kebutuhan kompleksitas ekonomi ke depan, didorong oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujar Suharso dalam siaran pers, Jumat (26/11/2021).

Suharso menuturkan, ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi mendorong percepatan perubahan. Sebab menurutnya, banyak tantangan yang tidak bisa lagi diatasi dengan cara-cara lama, seperti pandemi Covid-19.

Pada masa pandemi saja, penetrasi teknologi menjadi lebih cepat sehingga mendisrupsi kehidupan.

"Tantangan ini tidak bisa lagi dilakukan dengan cara-cara lama. Maka, tidak ada cara lain kecuali dilakukan sebuah transformasi ekonomi yang memperhitungkan keadaan dunia," ucap Suharso.

Baca juga: Ungkap Jangkar Pemulihan Ekonomi, Jokowi Puji Realisasi Investasi Jabar

Saat ini, Kementerian telah menyusun enam strategi besar dalam Transformasi Ekonomi Indonesia yang diharapkan mampu menjadi game changer menuju Indonesia Maju 2045.

Enam strategi itu juga perlu didukung oleh badan riset, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

BRIN perlu memprioritaskan sektor iptek untuk investasi jangka panjang.

"Nantinya, BRIN akan menciptakan fondasi berbasis penelitian yang kuat dan berkelanjutan yang berfokus pada ekonomi digital, hijau, dan biru," beber dia.

Regional Director for Equitable Growth, Finance, and Institutions (EFI) Group for East Asia Pacific World Bank, Hassan Zaman menyampaikan, inovasi dan penelitian yang dilakukan ini bisa menjadi contoh bagi negara lain.

Baca juga: Pakar Kemaritiman: Efisiensi Biaya Logistik Kunci Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Dengan demikian, dibutuhkan banyak kebijakan berbasis bukti yang dikembangkan melalui kolaborasi dan kemitraan yang lebih luas untuk mendorong pembangunan ekonomi, salah satunya kebijakan mengenai pengentasan kemiskinan.

"Transformasi ekonomi menuju ekonomi berbasis pengetahuan adalah kunci untuk pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan inklusif. Kebijakan progresif diperlukan untuk memastikan ekosistem pengetahuan dan inovasi Indonesia menjadi landasan bagi pembangunan ekonomi," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com