Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fed Lakukan Tapering, Bagaimana Daya Tarik Obligasi Dalam Negeri?

Kompas.com - 27/11/2021, 11:03 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana The Fed melakukan tapering di akhir tahun 2021 sudah diantisipasi oleh pasar dan tidak menimbulkan gejolak.

Positifnya, The Fed dengan jelas menyampaikan, belum ada rencana kenaikan suku bunga, setidaknya hingga proses tapering berakhir.

Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Syuhada Arief mengungkapkan, kondisi pasar obligasi global dan domestik relatif stabil pasca pengumuman tapering The Fed.

Baca juga: Menilik Peluang Investasi di Pasar Obligasi dan Saham Setelah The Fed Tapering

Imbal hasil US Treasury 10 tahun stabil pada kisaran 1,5 persen hingga 1,6 persen dan obligasi pemerintah Indonesia 10 tahun stabil di kisaran 6 persen.

“Komunikasi ini memberikan kejelasan bagi pasar bahwa suku bunga akan tetap pada level akomodatif,” kata Syuhada melalui siaran pers, Sabtu (27/11/2021).

Syuhada mengatakan, pergerakan suku bunga Bank Indonesia akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan dinamika domestik.

Menurut dia, Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menjaga suku bunga pada level akomodatif.

Berbeda dengan negara lain yang inflasinya melonjak, di Indonesia tekanan inflasi masih rendah, pada level 1,66 persen YoY per Oktober, sehingga belum ada tekanan bagi Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga.

Baca juga: Menghadapi Fed Tapering, Investor Perlu Lakukan Ini

Selain itu tingkat defisit transaksi berjalan Indonesia saat ini pada level yang rendah didukung oleh harga komoditas dan neraca perdagangan yang suportif, sehingga memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk tetap akomodatif.

“Risiko terhadap pandangan ini adalah perubahan pada kebijakan The Fed. Asumsi dasar kami adalah The Fed akan tetap gradual dalam melakukan perubahan kebijakan. Selain itu kami melihat walaupun The Fed melakukan tapering, imbal hasil US Treasury tidak akan bergerak terlalu liar naik,” jelas dia.

Ini terjadi akibat akan adanya keseimbangan supply dan demand imbal hasil obligasi global di mana berdasarkan data Bloomberg, secara total terdapat 13,29 triliun dollar AS obligasi global (baik itu obligasi pemerintah maupun korporasi) yang memiliki imbal hasil negatif.

Hal tersebut berarti hampir seperlima dari keseluruhan obligasi global memiliki imbal hasil negatif.

Lalu, bagaimana dengan daya tarik utama pasar obligasi di dalam negeri?

Baca juga: The Fed Umumkan Tapering, Bagaimana Dampaknya ke Pasar Indonesia?

Menurut Syuhada, daya tarik utama pasar obligasi Indonesia saat ini adalah tidak adanya supply atau penawaran baru dari obligasi pemerintah melalui mekanisme lelang Kemenkeu sampai akhir tahun.

Selain itu, pasar obligasi Indonesia didukung oleh dinamika pasar domestik yang suportif.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com