Pertumbuhan ekonomi China pada triwulan IV 2021 sebesar 4 persen, lebih rendah dari triwulan III 2021 sebesar 4,9 persen, demikian pula beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Baca juga: Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tembus 4 Persen Sepanjang 2021
Lembaran tahun 2022 kita buka dengan kenaikan Covid-19 akibat merebaknya varian omicron. Meskipun varian omicron dianggap tidak segawat varian delta, namun tingginya lonjakan penderita Covid-19 akibat omicron patut kita waspada karena dapat menganggu momentum perbaikan ekonomi di tahun 2022.
Mungkin karena dianggap tidak berbahaya, mobilitas masyarakat tampaknya tetap tinggi, meskipun pemerintah telah menaikkan status pembatasan sosial di Jakarta. Di satu sisi mereka membutuhkan pemulihan ekonominya, setelah dua tahun dihantam pandemi. Justru karena situasi seperti inilah kita harus waspada ledakan pandemi makin tinggi, dan kita waspada terhadap kondisi kesehatan masyarakat.
Ketidakmenentuan ekonomi global sangat berpotensi mengoreksi harga komoditas ekspor andalan kita. Booming harga komoditas pada tahun ini belum tentu bisa bertahan. Pemerintah perlu waspada dalam mengantisipasi jika suatu saat harga komoditas ekspor andalan kita mengalami windfall.
Kita jangan terlena dengan kondisi tersebut. Situasi ini perlu diwaspadai mengingat masih ada ketidakpastian yang membayangi dalam jangka menengah, terutama kondisi perekonomian beeberapa negara besar, seperti China dan Amerika Serikat, termasuk ketegangan kawasan di Ukraina
Belanja pemerintah salah satu alat kita mendongkrak ekonomi, khususnya melalui program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Tetapi pencapaian PEN 2021 masih belum optimal. Hal tersebut terlihat dari realisasi anggaran PEN 2021 pada akhir tahun mencapai Rp 658,6 triliun atau 88,4 persen dari pagu Rp 744,77 triliun.
Tercatat beberapa program tidak bisa dijalankan, sehingga akhirnya anggarannya kembali lagi. Patut kita sayangkan, capaian realisasi PEN terendah 2021 berada pada anggaran dukungan UMKM dan korporasi.
Per akhir 2021, realisasi anggaran mencapai Rp 116,2 triliun atau 71,5 persen dari pagu Rp 162,4 triliun. Padahal anggaran tersebut ditujukan untuk Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) bagi 12,8 juta usaha dan bantuan untuk 1 juta PKL; imbal jasa penjaminan untuk 2,45 juta UMKM dan 69 korporasi; subsidi bunga KUR untuk 7,51 juta debitur dan non-KUR untuk 7,02 juta debitur.
Pemerintah sudah harus segera mengantisipasi masa bulan madu bersama windfall harga komoditas, diperkirakan akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2022 ini. Sekali lagi, kita tidak boleh terlena dengan tingginya harga komoditas saat ini.
Pemulihan ekonomi harus semaksimal mungkin didorong oleh tiga sektor utama pendorong perekonomian, yakni manufaktur, pertanian, dan perdagangan, agar bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi yang optimistis 2022. Ke depan kita harus melakukan akselerasi perubahan industri yang berbasis kepada sektor sumber daya alam (ekstraksi) kepada sektor industri yang memiliki nilai tambah tinggi (value creation).
Membaiknya tingkat konsumsi rumah tangga menjadi momentum bagi pemerintah untuk mendorong pertumbuhan investasi, terutama pada sektor properti, otomotif, elektronika dan wisata domestik. Terlebih lagi pemerintah telah membuka karpet merah investasi melalui penyediaan berbagai kawasan ekonomi khusus, baik untuk sektor industri, olah raga, wisata, dan sejumlah sektor lain.
Tahun ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk memaksimalkan kinerja berbagai kawasan khusus tersebut.
Indonesia akan menjadi tuan rumah beberapa event besar dunia. Pada Maret 2022 Sirkuit Mandalika, Lombok akan menggelar balapan Moto GP. Balapan kelas dunia ini akan meningkatkan panggung wisata Indonesia, kombinasi wisata olah raga, alam, dan kuliner. Peluang besar yang perlu dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah untuk mendongkrak sektor pariwisata yang dua tahun ini lesu.
Selain gelaran Moto GP, pada Oktober 2022 Indonesia akan memimpin pertemuan G20 di Bali dan Jakarta. Mandat Presidensi G20 yang diterima Indonesia, disertai dengan berbagai forum G20 di Indonesia dapat menguatkan langkah Indonesia memainkan peran ekonomi strategis pada level global. Mengingat skala ekonomi Indonesia ditopang oleh para pelaku UMKM, melalui forum G20 inilah pemerintah perlu mengikat kerjasama global yang memberikan leverage bagi pelaku UMKM di Tanah Air.
Indonesia memiliki posisi tawar yang tinggi karena masih menjadi kawasan yang menopang paru-paru dunia, meskipun kawasan tutupan hutan kita makin terdegradasi. Atas posisi ini pemerintah harus optimal memainkan peran global, termasuk di forum G20 untuk mendapatkan insentif atas kedudukannya sebagai paru-paru global. Skema karbon trading global harus memberi kontribusi nyata untuk pencapaian ekonomi hijau. Sektor ini harus mulai berperan penting dalam lanskap ekonomi kita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.