JAKARTA, KOMPAS.com - Tentara Ukraina mendapat sumbangan Bitcoin senilai 400.000 dollar AS atau setara dengan Rp 5,72 miliar (kurs Rp 14.300 per dollar AS).
Sumbangan itu melonjak setelah Moskow melancarkan serangan besar-besaran terhadap Ukraina pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat.
Dikutip dari CNBC International, Jumat (25/2/2022), sumbangan tersebut didapat hanya dalam waktu 12 jam berdasarkan data baru dari perusahaan analitik blockchain Elliptic.
Bitcoin disumbangkan ke Come Back Alive, sebuah organisasi non-pemerintah Ukraina yang memberikan dukungan kepada angkatan bersenjata.
Baca juga: Bitcoin Diam-diam Digunakan untuk Sumbang Ukraina, Simak Harga Kripto Hari Ini
Sumbangan baru berbentuk mata uang kripto ini melanjutkan tren yang tengah berlangsung selama beberapa minggu terakhir, ketika LSM Ukraina dan kelompok sukarelawan dibanjiri sumbangan untuk mencegah serangan Rusia lebih lanjut.
Para aktivis telah menyebarkan mata uang untuk berbagai tujuan, termasuk melengkapi tentara Ukraina dengan peralatan militer, persediaan medis, dan drone.
Baca juga: Indonesia Malah Diuntungkan dari Perang Rusia–Ukraina? Ini Penjelasannya
Begitu pula untuk mendanai pengembangan aplikasi pengenalan wajah yang dirancang untuk mengidentifikasi apakah seseorang adalah tentara bayaran atau mata-mata Rusia.
“Mata uang kripto semakin banyak digunakan untuk perang crowdfund, dengan persetujuan diam-diam dari pemerintah,” kata Kepala Ilmuwan Elliptic, Tom Robinson, dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (25/2/2022).
Baca juga: Joe Biden Cs Tak Balas Invasi Rusia dengan Aksi Militer, Rupiah dan IHSG Hijau Pagi Ini
Kelompok sukarelawan bisa dibilang sudah lama mendukung militer Ukraina dengan menawarkan sumber daya dan tenaga kerja tambahan.
Ketika Presiden Ukraina pro-Rusia Viktor Yanukovych digulingkan pada tahun 2014, misalnya, para sukarelawan itu mendukung para pengunjuk rasa.
Biasanya, organisasi-organisasi ini menerima dana dari donor swasta melalui transfer bank atau aplikasi pembayaran.
Adapun mata uang kripto seperti bitcoin baru-baru ini semakin populer karena dianggap mampu melewati lembaga keuangan yang memblokir pembayaran ke Ukraina.
Menurut data Elliptic, kelompok sukarelawan dan LSM secara kolektif telah mengumpulkan lebih dari 1 juta dollar Aas dalam mata uang kripto. Sumbangan itu terus bergerak lebih tinggi di tengah serangan dari Rusia.
Sementara itu Come Back Alive, yang telah menerima mata uang kripto sejak 2018, menggunakan sumbangan tersebut untuk menambah peralatan militer, layanan pelatihan kepada militer, dan pasokan medis.
Selain Come Back Alive, tercatat ada LSM lain yang menerima mata uang kripto. Aliansi Siber Ukraina telah menerima hampir 100.000 dollar AS dalam bentuk bitcoin, litecoin, eter, dan campuran stablecoin selama 1 tahun terakhir. Di sisi lain, separatis pro-Rusia telah mengumpulkan dana dalam bitcoin sejak awal konflik.
Analis data fintech yang berbasis di London Boaz Sobrado mengatakan, ada sejarah panjang mengapa terdapat penggalangan dana berbentuk kripto untuk tujuan kontroversial.
Apalagi, Ukraina juga telah mengambil langkah-langkah menerima mata uang kripto secara nasional. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan parlemen sudah membahas UU yang melegalkan dan mengatur uang kripto di negara tersebut.
"Langkah ini sangat membantu mengangkat kripto dari wilayah "abu-abu" hukum, meskipun tidak sejauh pelegalan bitcoin di El Salvador, yang telah mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah pada bulan September," sebutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.