JAKARTA, KOMPAS.com – Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dipastikan tidak naik selama lima hingga enam bulan ke depan meskipun harga minyak mentah dunia dalam tren melonjak.
Harga minyak dunia melonjak sebagai dampak invasi Rusia ke Ukraina dan naiknya permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. Harga minyak dunia diperkirakan bisa menembus 120 dollar AS per barel akibat dua faktor tersebut.
Pengamat energi dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai, kebijakan tak menaikkan harga Pertalite merupakan bentuk kepedulian pemerintah dan Pertamina terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Baca juga: Lonjakan Harga Minyak Dunia Bebani APBN, Kenaikan BBM Jadi Solusi?
Sebab, masyarakat pada saat ini masih tertekan akibat kenaikan harga-harga dan kelangkaan beberapa komoditas kebutuhan pokok.
“Saya kira kepedulian dan niat baik Pertamina tersebut sangat positif pada masyarakat,” ujar Komaidi melalui keterangannya, Senin (7/2/2022).
Saat ini harga Pertalite dijual Rp 7.650 per liter, di bawah harga keekonomiannya, Rp 10.000 per liter.
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Minyak Bisa Tembus 200 Dollar AS, Emas Rp 1,15 Juta Per Gram
Menurut Komaidi, jika kepanikan akibat perang Rusia-Ukraina terus meluas dan masif pada skala dunia, harga minyak dunia akan dengan mudah melampaui level 120 dollar AS per barel hingga 150 dollar AS per barel.
“Tapi prediksi-prediksi ini sulit ditemukan justifikasinya mengingat variabel kepanikan sulit dihitung,” ujar Komaidi.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Tembus 118 Dollar AS Per Barrel, Tertinggi sejak 2013