Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Ramal Rusia Bakal Alami Resesi Ekonomi

Kompas.com - 14/03/2022, 12:06 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber TASS

MOSKWA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan, Rusia akan mengalami resesi ekonomi secara mendalam. Hal ini disebabkan karena sanksi barat yang bertubi kepada Rusia.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, default-nya Rusia bukan sesuatu yang mustahil karena sanksi tersebut. Tak heran, resesi pun diperkirakan terjadi di Rusia.

"Dampak sanksi tersebut cukup parah bagi ekonomi Rusia. Kami memperkirakan resesi yang mendalam di Rusia," kata Georgieva dikutip dari kantor berita Rusia, TASS, Senin (14/3/2022).

Baca juga: Negara Eropa Janji Berhenti Impor Minyak Rusia Tahun 2027

Sebagai informasi, sanksi diberikan negara-negara barat ketika Presiden Rusia Vladimir Putin membuat keputusan melakukan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari 2022.

Putin menyebut, operasi militer itu dilakukan untuk orang-orang yang telah menderita pelecehan dan genosida oleh rezim Kiev selama 8 tahun, sesuai dengan permintaan Donbass.

Namun Rusia menekankan tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina. Tujuannya adalah denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina. Mengikuti langkah ini, Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris, dan beberapa negara lain mengumumkan sanksi terhadap individu dan badan hukum Rusia.

Gagal bayar utang

Georgieva juga menilai, Rusia memiliki risiko gagal bayar atas utangnya karena negara tersebut mengalami resesi mendalam yang disebabkan oleh sanksi sebagai tanggapan atas invasi ke Ukraina.

“Gagal bayar Rusia bukan lagi peristiwa yang tidak mungkin. Bukannya Rusia tidak punya uang, Rusia tidak bisa menggunakan uang ini," kata Georgieva seperti dilansir Bloomberg, Jumat (11/3/2022).

Georgieva menambahkan, sanksi yang dibebankan kepada Rusia saat ini juga belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini berdampak pada sulitnya Rusia untuk mengubah aset cadangan IMF, yang dikenal sebagai hak penarikan khusus, ke dalam mata uang.

Kegagalan dalam skala besar akan menjadi yang pertama di Rusia sejak pasca revolusi Bolshevik pada tahun 1917. Lembaga pemeringkat Fitch juga telah memangkas peringkat utang negara Rusia menjadi "C", dan memperingatkan status default karena Bank Central Rusia telah dibekukan dari sistem keuangan global.

Baca juga: IMF: Rusia Terancam Gagal Bayar Utang karena Sanksi

Mengutip Telegraph, Rusia saat ini tengah menghadapi kebangkrutan setelah Bank Dunia memperingatkan, akan sanksi yang melumpuhkan ekonomi.

Kepala Ekonom di Bank Dunia Carmen Reinhart, mengatakan, Rusia dan Belarusia sekarang berada di "wilayah default", dengan pembayaran sekitar 40 miliar dollar AS obligasi eksternal Moskow.

Analis khawatir negara itu gagal melakukan pembayaran kupon 117 juta dollar AS pada sovereign eurobond minggu ini, dengan masa tenggang 30 hari, dan dapat dianggap gagal jika membayar dalam rubel.

Investor asing memegang sekitar setengah dari obligasi terkait mata uang Rusia. Sementara itu, diketahui beberapa bank besar di Rusia telah angkat kaki, seperti Goldman Sachs dan JPMorgan. Prancis paling berisiko mengalami kerugian, yakni 4,5 miliar dollar AS obligasi pemerintah Rusia.

Baca juga: Putih Remehkan Bombardir Sanksi Barat, Anggap Rusia Bakal Makin Kebal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com