Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok ke Level di Bawah 100 Dollar AS, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 15/03/2022, 19:20 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan pada sesi perdagangan sore hari ini, Selasa (15/3/2022).

Mengacu kepada data Bloomberg, harga minyak mentah acuan Amerika Serikat, WTI, dan acuan global, Brent, sama-sama merosot ke level di bawah 100 dollar AS per barrel.

Tercatat pada sesi perdagangan sore hari ini, harga minyak mentah acuan WTI merosot 8,23 persen ke level 94,53 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik, Pertamina Dinilai Bisa Naikkan Harga Pertamax Dekati Harga Pesaing

Sementara itu, harga minyak mentah acuan global, Brent, turun 7,81 persen ke level 98,55 dollar AS per barrel.

Ini menjadi kali pertama harga minyak mentah dunia berada di level 100 dollar AS per barrel sejak 1 Maret kemarin.

Padahal, pada sesi perdagangan 6 Maret kemarin, harga minyak mentah dunia acuan WTI sempat mencapai level tertingginya dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, yakni di angka 130,5 dollar AS per barrel.

Sementara itu, pada awal pekan lalu harga minyak mentah Brent sempat melonjak ke level 139 dollar AS per barrel, namun kini trennya terus menunjukkan penurunan sejak akhir pekan kemarin.

Sebagaimana diketahui, pasar minyak global menjadi sangat bergejolak sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Baca juga: Perundingan Rusia-Ukraina dan Lockdown China Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok

Akan tetapi, harga minyak mentah dunia mulai merosot setelah AS menyatakan, Rusia menunjukkan tanda-tanda bersedia melakukan negosiasi substantif mengenai Ukraina.

Adapun negosiator Rusia dan Ukraina sudah melakukan perundingan pada akhir pekan kemarin dan berlanjut pada Senin.

Negosiasi itu seibut menunjukkan kemungkinan adanya hasil positif dalam beberapa ke depan.

"Namun, selain pembicaraan baru antara Ukraina dan Rusia, saya kira lockdown di China adalah alasan awal minggu yang negatif untuk minyak mentah," ujar Analis UBS Giovanni Staunovo, dilansir dari CNBC, Selasa.

China merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia dan konsumen terbesar ke-2 setelah Amerika Serikat.

Namun negara itu mengalami lonjakan kasus Covid-19 karena varian Omicron yang sangat menular menyebar ke lebih banyak kota, memicu wabah dari Shanghai ke Shenzhen.

Beban kasus baru harian Covid-19 di China telah mencapai level tertinggi dalam dua tahun ini.

China pun menerapkan lockdown secara luas untuk membendung penyebaran Omicron, yang dapat menghambat permintaan minyak mentah oleh negara itu.

"Harga minyak mungkin terus melemah minggu ini karena investor telah mencerna dampak sanksi terhadap Rusia, bersama dengan pihak-pihak yang menunjukkan tanda-tanda negosiasi menuju gencatan senjata," kata Tina Teng, Analis di CMC Markets.

Baca juga: Tidak Banyak Impor Minyak Rusia, Kenapa Harga Bensin di AS Terus Naik?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com