Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendingin Bertenaga Gas Diklaim Lebih Hemat Listrik Ketimbang "Chiller" Konvensional

Kompas.com - 06/04/2022, 18:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Alat pendingin ruangan atau chiller bertenaga gas diklaim lebih hemat energi atau hemat listrik dibandingkan pendingin konvensional. 

Direktur Utama PT Permata Karya Jasa (Perkasa) Adhi Lingga Harymurti menjelaskan, chiller bertenaga gas dapat membantu penghematan energi sampai dengan 30 persen dibandingkan chiller konvensional dan hemat pemakaian listrik hingga 70 persen.

Perkasa merupakan afiliasi Subholding Gas Pertamina yang mengembangkan alat pendingin ruangan sebagai bagian dari upaya meningkatkan value chain gas bumi.

Baca juga: Putin: Beli Gas Rusia Harus Bayar Dalam Rubel Mulai 1 April 2022

Beberapa target customer chiller di antaranya hotel, bandara, kantor, mall, rumah sakit, dan data center. 

"Chiller berbahan bakar gas bumi ini memiliki sejumlah kelebihan. Pertama adalah ramah lingkungan, karena chiller ini menggunakan refrigerant berupa air dan Lithium bromide (Libr) bukan freon," kata Adhi melalui rilis, Rabu (6/4/2022). 

Seperti diketahui bersama bahwa freon yang dihasilkan oleh pendingin konvensional dapat merusak ozon.

“Kedua adalah green energy, karena berbahan bakar gas sehingga layak untuk diaplikasikan secara lebih luas di masyarakat. Kelebihan ketiga yaitu dapat juga menggunakan bahan bakar dari panas buang pembangkit (exhaust),” jelas Adhi.

Baca juga: Perluas Pemanfaatan Gas Bumi, Gagas Salurkan Gaslink C-cyl untuk Pelanggan di Batam

Absorption chiller

Dengan memanfatkan panas buang pembangkit, akan dapat meningkatkan efisiensi, karena panas yang terbuang bisa mencemari lingkungan. Maka panas buang tersebut bisa diolah dengan chiller untuk menghasilkan udara dingin.

“Misalnya gas engine dari sebuah pabrik. Gas engine itu menghasilkan listrik mandiri, selain PLN. Dari situ pasti ada gas buangnya yang lebih dari 300 derajat. Itu bisa digunakan untuk energi chiller. Maka bisa disebut juga dengan absorption chiller atau menyerap panas dari sebuah pembangkit,” jelas Adhi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com