Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Sebut RI Waspada Potensi Stagflasi, Apa Dampaknya ke Ekonomi?

Kompas.com - 20/05/2022, 12:41 WIB
Fika Nurul Ulya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mulai mewaspadai potensi staglasi di Indonesia. Pasalnya, fenomena stagflasi ini menghantui seluruh negara tak terkecuali Indonesia.

Stagflasi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi stagnan, tapi tingkat inflasi di negara tersebut melonjak tinggi. Naiknya inflasi terjadi karena lonjakan harga komoditas akibat beragam hal, termasuk kondisi geopolitik yang memanas.

"Kalau inflasi tinggi direspon dengan monetary policy, maka akan menyebabkan penurunan dari PDB atau bahkan muncul resesi. Makanya kombinasi resesi dan inflasi tinggi namanya stagflasi," kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Badan Anggaran DPR RI, Kamis (20/5/2022).

Baca juga: Dilema Sri Mulyani, Pilih Tambah Anggaran Subsidi atau Buat Pertamina-PLN Berdarah-darah

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengakui, harga-hara komoditas unggulan dan utama sudah naik.

Batu bara naik sekitar 137 persen (ytd), minyak mentah Brent naik 48 persen (ytd), minyak sawit/CPO naik 26 persen (ytd), tepung naik 56 persen (ytd), dan harga makanan sudah naik 145 dollar AS dibanding tahun 2020.

Harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) sendiri sudah naik menjadi 102,51 dollar AS per barrel pada April 2022. Angkanya sudah lebih tinggi dari asumsi awal dalam APBN sebesar 63 dollar AS per barrel.

Baca juga: Subsidi Energi Membengkak, Belanja Negara Tahun Ini Dipatok Jadi Rp 3.106 Triliun

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2022 sudah mencapai 3,47 persen (yoy), tertinggi sejak Agustus tahun 2019. Sementara itu, inflasi secara bulanan mencapai 0,97 persen, tertinggi sejak Januari 2017.

"Inflasi kita mungkin akan lebih di upper end dari 3 plus minus 1 persen, akan lebih cenderung di dekat 4 persen (sepanjang tahun 2022)," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Dunia Bergejolak, Sri Mulyani Proyeksi Inflasi 2022 Dekati 4 Persen

Indonesia harus jaga konsumsi masyarakat tumbuh

Lebih lanjut dia menuturkan, Indonesia harus mampu menjaga konsumsi masyarakat tumbuh kuat. APBN harus hadir dengan memberi bantalan yang lebih tebal dan mampu melindungi masyarakat.

Salah satu langkah yang dia ambil adalah mempertebal anggaran perlindungan sosial (Perlinsos) termasuk bantuan sosial (bansos), ditambah Rp 18,6 triliun menjadi Rp 431,5 triliun.

Realisasinya diberikan dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada 20,65 juta KPM dan BPUM.

"Ini kami juga akan masukkan sehingga total perlinsos dalam APBN kita tahun 2022 mencapai Rp 431,5 triliun," ungkap Sri Mulyani.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com