Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkeu: Waspadai Musim Kemarau Basah karena Bisa Dorong Kenaikan Harga Pangan

Kompas.com - 03/06/2022, 20:05 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai musim kemarau basah perlu diwaspadai karena bisa mengerek harga pangan sehingga membuat inflasi di Indonesia melejit.

"Ke depan, perlu diwaspadai faktor musim kemarau basah yang mendorong penurunan produktivitas aneka cabai dan kenaikan harga pupuk yang dapat mendorong naiknya harga bahan pangan umum seiring pembatasan ekspor pangan dan pupuk di 10 negara," kata  Febrio dalam siaran pers, Jumat (3/6/2022).

Ia berharap inflasi domestik pada tahun 2022 tetap terjaga. Harapan tersebut ada karena pemerintah sudah melakukan langkah stabilisasi harga bahan pangan maupun energi lewat tambahan anggaran subsidi.

“Dengan tambahan alokasi tersebut, ditambah berbagai kebijakan stabilisasi harga lainnya, tingkat inflasi domestik diharapkan terus terjaga sehingga mampu menjaga daya beli masyarakat," kata Febrio

Baca juga: Pemerintah Lelang Aset Marimutu Sinivasan, Limitnya Rp 705 Miliar

Febrio menuturkan, pemerintah bersama DPR RI sudah menyetujui tambahan alokasi subsidi dan kompensasi dalam APBN 2022. Alokasi tersebut mencapai Rp 520 triliun sepanjang tahun 2022.

Di sisi lain, pemerintah memberikan bantuan sosial yang masuk dalam program perlindungan sosial (perlinsos). Hal tersebut kata Febrio, menunjukkan peran APBN sebagai shock absorber untuk meminimalisasi dampak kenaikan harga komoditas energi dan pangan global.

"Hal ini sangat penting untuk memastikan tren pemulihan ekonomi Indonesia yang masih berada dalam tahap awal terus berlanjut. Untuk menjaga daya beli kelompok masyarakat miskin dan rentan, pemerintah terus menggelontorkan anggaran perlindungan sosial," ungkap Febrio.

Adapun kenaikan harga pangan dan energi ini tecermin dari tingkat inflasi yang mulai meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada bulan Mei mencapai 3,55 persen (yoy). Inflasi ini menjadi yang tertinggi sejak Desember 2017.

Febrio menjelaskan, tingkat inflasi dipengaruhi oleh tekanan harga komoditas global dan dampak dari kenaikan permintaan Lebaran.

Baca juga: Bingung Mau Ikut PPS atau Hanya Pembetulan SPT? Pertimbangkan Hal Ini

Komoditas pangan memberikan kontribusi terbesar. Perkembangan inflasi inti yang sebesar 2,58 persen (yoy) pada bulan Mei juga didorong oleh daya beli masyarakat yang semakin pulih di tengah dampak dari kenaikan harga komoditas global.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com