Dari mana angka Rp17.200 itu tentu Pertamina yang tahu. Namun perlu diulang penjelasan Presiden Jokowi bahwa harga BBM di Indonesia lebih rendah dari di negara-negara lain, misalnya di Singapura Rp 32.000, di Jerman Rp 31.000, dan di Thailand Rp 20.000 (Kompas, 26/5/2022).
Dengan harga Pertalite sebesar Rp 7.650 per liter, maka sebagian besar warga Indonesia dapat disebut hidup dengan biaya energi yang murah.
Namun, kita tidak bisa berharap bahwa harga Pertalite akan seterusnya sebesar saat ini, kecuali jika perang Rusia vs Ukraina berhenti dan harga minyak dunia kembali rendah seperti sebelum perang.
Bisa jadi, pemerintah akan menaikkan harga Pertalite jika harga minyak dunia terus meningkat atau jika keuangan negara tidak memungkinkan untuk menambal subsidi yang membengkak.
Tentu tidak bijak jika pemerintah menaikkan harga pertalite begitu saja, karena sebagian pembelinya adalah warga yang pendapatannya tidak besar.
Maka yang akan dilakukan pemerintah adalah harga Pertalite akan tetap dipertahankan pada harga sekarang, namun pembelinya dibatasi pada warga yang dianggap kurang mampu membeli BBM nonsubsidi, yaitu Pertamax, atau jenis lain yang dijual bebas.
Untuk membedakan warga yang selayaknya membeli BBM bersubsidi karena daya belinya yang tinggi dengan warga yang kurang mampu membelinya, maka data yang dikumpulkan Pertamina melalui situs khusus “mypertamina” tadi akan menjadi sangat diperlukan.
Dari sana akan dapat diidentifikasi siapa yang berhak membeli Pertalite dan siapa yang tidak.
Adapun kriteria untuk menentukan siapa yang berhak membeli Pertalite akan ditetapkan melalui revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Saat ini pemerintah tentu sedang menyusun revisi itu untuk menyalurkan subsidi BBM kepada mereka yang paling membutuhkan.
Dengan peraturan yang baru, Pertamina akan dapat membuat prosedur pembelian Pertalite di SBPU yang berbeda dari sebelumnya.
Boleh jadi, mobil penumpang dengan kapasitas mesin dibawah 2000 cc saja yang dapat membeli pertalite, selain tentunya kendaraan angkutan umum dan angkutan barang.
Namun pemerintah dan Pertamina harus cukup cermat untuk mencegah orang kaya yang membeli Pertalite menggunakan mobil dengan kapasitas mesin (cc) rendah yang kemudian bensin itu dipindah ke mobilnya yang lain dengan kapasitas tinggi.
Mungkin ada juga orang kaya yang lalu membeli mobil dengan kapasitas rendah agar dapat membeli Pertalite untuk keperluan sehari-hari.
Celah-celah seperti itu tentu perlu dicegah agar subsidi negara bagi penduduk yang membutuhkan tidak salah alamat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.