Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Deflasi 0,21 Persen, Sri Mulyani Klaim Inflasi Pangan Bisa Diatasi

Kompas.com - 01/09/2022, 15:41 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju indeks harga konsumen (IHK) pada Agustus 2022 yang mengalami deflasi sebesar 0,21 persen (month to month/mtm) tak lepas dari upaya pemerintah mengendalikan harga komoditas pangan.

Ia menjelaskan, pada Juli 2022 inflasi pangan atau volatile food tercatat mencapai 11,46 persen (yoy) pada Juli 2022. Namun pada Agustus 2022, inflasi volatile food lebih terkendali menjadi sebesar 8,93 persen (yoy).

Adapun bila pada Juli 2022 volatile food memberi andil 0,25 persen pada laju inflasi nasional yang sebesar 0,64 persen (mtm), namun pada Agustus 2022 volatile food memberi andil deflasi 0,51 persen pada deflasi nasional yang sebesar 0,21 persen (mtm).

"Deflasi yang disampaikan BPS kan utamanya kontribusinya adalah dari volatile food yang kemarin meningkat sampai di atas 11 persen dan sekarang sudah turun ke 8 persen kontribusinya. Ini memang sesuai dengan diagnosa," ujar Sri Mulyani ditemui di Gedung DPR RI, Kamis (1/9/2022).

Baca juga: Agustus 2022 Deflasi 0,21 Persen, Ini Penyebabnya

Bendahara Negara itu mengatakan, pemerintah telah memperkirakan laju inflasi pangan pada Agustus 2022 akan lebih terkendali, sebab telah dilakukan berbagai upaya untuk menekan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Agustus 2022 utamanya disumbang oleh penurunan harga yang terjadi pada bawang merah yang memiliki andil ke deflasi sebesar 0,15 persen, cabai rawit sebesar 0,12 persen, dan cabai rawit sebesar 0,07 persen.

Pengendalian ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang meminta seluruh kepala daerah, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mencari tahu penyebab inflasi dari komoditas tersebut dan mengatasinya.

"Dari faktor makanan yang bisa diatasi secara relatif cepat seperti cabai dan lain-lain, itu yang sekarang jadi fokus tim pengendalian inflasi di pusat dan daerah," kata dia.

Baca juga: Sri Mulyani: Minyak Jadi Alat Perang, Pergerakan Harganya Sulit untuk Diprediksi


Menurut Sri Mulyani, pengendalian inflasi juga dilakukan dengan memberikan kewenangan bagi pemerintah daerah (pemda) menggunakan pos dana yang tak terduga untuk mengatasi persoalan inflasi di daerahnya. Adapun dana tak terduga ini menjadi bagian dari dana transfer ke daerah (TKD) yang diberikan oleh pemerintah pusat.

"Pemda mendapatkan dana transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk dana yang tidak terduga. Itu diminta untuk bisa secara fleksibel menyumbang, meredam harga. Jadi, saya rasa ini bagus. Kami berharap ini (inflasi) bisa terjaga," ucapnya.

Meski demikian, ia memastikan, pemerintah akan tetap memperhatikan tren inflasi ke depan sebab sejumlah komoditas pangan memang dipengaruhi pergerakan harga di pasar global. Seperti pada komoditas gandum, kedelai, dan minyak goreng.

"Walaupun CPO (minyak mentah sawit yang merupakan bahan baku minyak goreng) kita punya, tapi itu subtitusinya adalah minyak sunflower yang itu diproduksi oleh Ukraina. Jadi, berbagai dinamika itu yang harus kita antisipasi," ungkap dia.

"Namun, untuk sebagian besar barang-barang yang merupakan produksi dalam negeri, kita harap bisa diproduksi secara baik dengan harga yang terjangkau dan dengan jumlah yang memadai, sehingga bisa menstabilkan harga," pungkas Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Pastikan Tunjangan Profesi Guru Honorer Berlanjut Tahun 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Bank DKI Raup Laba Bersih Rp 187 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com