Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badan Pangan Sebut Cadangan Beras Pemerintah Hanya 800.000 Ton

Kompas.com - 03/10/2022, 13:30 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, cadangan beras pemerintah (CBP) yang tersedia di Perum Bulog saat ini hanya 800.000 ton.

Menurut Badan Pangan Nasional, angka ini masih di bawah batas aman 1,1 juta ton - 1,5 juta ton.

Arief mengatakan, pihaknya akan segera melakukan penyerapan CBP di Sulawesi Selatan untuk menambah ketersediaan mencapai 1,2 juta ton.

"Jadi berapa pun yang diminta kita harus penuhi, per minggu ini kita harus siapkan," kata Arief saat ditemui di Pasar Induk Beras, Cipinang, Jakarta Timur, Senin (3/10/2022).

Baca juga: Jaga Harga Beras Stabil, Mendag Zulhas: Pemda Harus Ikut Intervensi

Penyebab kenaikan harga beras

Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso buka suara soal kenaikan harga beras.

Budi mengatakan, kenaikan harga beras disebabkan karena faktor cuaca, distribusi dan pihak swasta yang mulai menguasai pasar.

"Selain terganggu karena cuaca, tapi dengan berkembangnya swasta-swasta memproduksi beras dengan teknologi tinggi, pabrik ini mereka menguasai dan sampai hari ini juga tidak ada pengendalian buat mereka," kata Budi.

Baca juga: Soal Harga Beras, Mendag: Presiden Tiap Hari Telepon agar Tak Lengah

Bulog tuding swasta rusak harga beras di lapangan

Budi mengatakan, Bulog bahkan harus berebut alat angkut dengan pihak swasta. Hal ini, menurut dia, membuat pemerintah kalah dalam penyesuaian harga beras.

"Produksi beras atau gabah rebutan angkutnya rebutan sama swasta sehingga kita kalah juga, kalau mau yang sesuai dengan harga swasta," ujarnya.

Lebih lanjut, Budi mengatakan, pihaknya dalam memenuhi CBP mengikuti aturan batasan harga pembelian. Sedangkan, pihak swasta hingga saat ini bergerak bebas tanpa dibatasi aturan.

"Mereka merusak harga di lapangan, petaninya tidak dapatkan harga yang sesuai, saya tahu persis sehingga satgas pangan yang harus bergerak, jangan diberikan juga kesempatan mereka bermain seperti itu," ucap dia.

Baca juga: Jaga Harga Beras Stabil, Mendag: Impor Pun Saya Rela

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com