JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), dan menyetujui penerbitan saham baru melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), atau rights issue.
“Dalam penerbitan saham baru ini, BBTN menargetkan dana senilai total Rp 4,13 triliun dengan rincian sebanyak Rp 2,48 triliun merupakan penyertaan modal negara (PMN) dan sisanya sekitar Rp 1,65 triliun dari pemegang saham publik,” kata Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo secara virtual, Selasa (18/10/2022).
Rencananya, Bank BTN akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,6 miliar saham Seri B dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Adapun harga pelaksanaan (exercise price) dan ratio rights akan disampaikan di dalam prospektus final, setelah mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Baca juga: Inflasi AS Capai 8,2 Persen pada September 2022, Lebih Tinggi dari Perkiraan
“Seluruh dana yang diperoleh dari hasil rights issue ini setelah dikurangi biaya-biaya akan digunakan untuk penyaluran kredit Perseroan dalam rangka mendukung Program Perumahan Nasional, khususnya Program Pemerintah Sejuta Rumah,” lanjut Haru.
Haru mengatakan, pasca rights issue, persentase saham pemerintah tidak mengalami perubahan dan tetap menjadi pemegang saham pengendali.
Adapun beberapa faktor yang melatarbelakangi rights issue yang dilakukan perseroan. Pertama, kebutuhan perumahan Nasional masih sangat tinggi. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, backlog kepemilikan rumah pada tahun 2021 adalah sebesar 12,7 juta rumah tangga.
Baca juga: Trade Expo Indonesia 2022, Ini Jadwal dan Lokasinya
Kedua, dalam rangka mempercepat penyelesaian backlog perumahan tersebut, perseroan menargetkan pembiayaan perumahan sebanyak 1,32 juta unit sampai dengan tahun 2025. Selain menyediakan akses pembiayaan perumahan, perseroan juga akan bekerjasama dengan pengembang untuk mengembangkan hunian yang terjangkau bagi generasi milenial.
Ketiga, perseroan terus mengembangkan bisnis dalam ekosistem perumahan, salah satunya melalui ekspansi bisnis di sepanjang rantai pasok perumahan dan mengembangkan ekosistem perumahan digital sebagai sumber pertumbuhan baru ke depannya.
“Perseroan memiliki peran strategis dalam mempercepat penyelesaian backlog kepemilikan rumah melalui pemberian Kredit Pemilikan Rumah (KPR), khususnya kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),” kata dia.
Baca juga: Pemerintah Didorong Tingkatkan Investasi di Industri Kendaraan Listrik
Haru mengungkapkan, untuk mewujudkan rencana bisnis tersebut, perseroan membutuhkan peningkatan kapasitas dalam penyaluran kredit. Melalui rights issue ini, pada tahun 2025 perseroan memproyeksikan pertumbuhan aset di atas Rp 550 triliun, kredit tumbuh di atas 14 persen dalam 5 tahun, ROE di atas 16 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) terjaga pada tingkat yang optimal untuk mendukung bisnis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.