JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Haru Koesmahargyo mersepons keputusan Bank Indonesia (BI) yang melakukan kenaikan suku bunga acuan menjadi 4,25 persen. Menurut Haru, suku bunga acuan merupakan referensi bagi bank untuk menetapkan tingkat suku bunga simpanan, maupun suku bunga kredit.
“BI rate adalah sebuah reference yang merupakan dinamika yang wajar di dunia perbankan. Bagaimana perbankan menanggapi ini? Tentu kita melihat BI rate adalah satu komponen, masih ada komponen lain yaitu, likuiditas, dan persaingan,” kata Haru di Jakarta, Kamis (27/10/2022).
Haru mengatakan, jika ketiga faktor itu muncul bersamaan, maka tentunya perbankan akan melakukan penyesuaian. Meski demikian, penyesuaian yang dilakukan tidak serta merta, tentunya dilakukan secara bertahap.
Baca juga: Laba Bersih BTN Kuartal III-2022 Melonjak 50,11 Persen Jadi Rp 2,28 Triliun
“Jadi kalau ketiganya sudah muncul bersamaan, ya kita sesuaikan. Suku bunga simpanan akan kita naikkan, itu pasti. Hanya, waktunya tidak serta merta. Ini sudah kita lakukan untuk beberapa tenor. Untuk deposito kita naikkan, tabungan tidak ya,” jelas dia.
“Jadi, suku bunga BI akan ditransmisikan ke suku bunga kredit. Secara singkat, dampaknya tentu suku bunga (kredit) yang juga akan meningkat,” tambah Haru.
Baca juga: Pengaruhi Bunga KPR dan Deposito, Apa Itu Suku Bunga Acuan BI?
Di sisi lain, Haru mengungkapkan bahwa sebelumnya BTN sudah memberikan banyak diskon untuk KPR, seperti dalam rangka hari kemerdekaan, dan juga dalam rangka ulang tahun BTN. Sekarang, dengan kenaikan suku bunga BI, tentunya diskon akan diperpendek.
“Sekarang kita sesuaikan dan kita perpendek masa diskon tersebut. Sama sebenernya, ini supaya menyeimbangkan antara biaya bunga KPR tinggi tapi juga menyeimbangkan dengan permintaan KPR,” lanjutnya.
Baca juga: Cicilan KPR Bisa Naik Rp 300.000 Per Bulan Imbas Kenaikan Suku Bunga BI
Sebagai informasi, kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir September 2022 mencapai Rp 256,48 triliun.
Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada kuartal lII-2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp 140,97 triliun tumbuh 8,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 129,97 triliun.
Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 6,4 persen menjadi Rp 87,11 triliun pada kuartal III tahun 2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 81,87 triliun.
Baca juga: Bunga KPR Bank Mandiri Naik 25-50 Bps, Cek Suku Bunga Fixed Berjenjang 10 Tahun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.