Konsep pengendalian manajemen menyatakan bahwa probabilitas suatu peristiwa ekonomi selalu dikaitkan dengan proyeksi keterjadian yang berkemungkinan terjadi.
Dalam istilah sederhana, diperlukan adanya miniatur kebijakan. Dengan begitu negara dapat memproyeksikan kapan kebijakan dapat segera diimplementasikan, di saat gencarnya potensi atas risiko ekonomi yang dapat terjadi kapan saja.
Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah konsep di mana negara mengupayakan kemakmuran bagi generasi masa depan dengan tidak mengorbankan generasi saat ini.
Tujuan yang jelas sebagaimana yang tertuang dalam perjanjian Paris, yang diperkuat oleh penandatangan protocol Kyoto, adalah kebijakan yang besar untuk menyediakan konsep pembangunan berkelanjutan yang ada saat ini.
Namun, kenyataan pahit yang dialami saat ini adalah jebakan yang tidak dimitigasi oleh pemangku kebijakan di mana keberadaan nilai negatif yang telah dikaburkan dengan kemuliaan dari poin-poin tujuan pembangunan berkelanjutan.
Seolah-olah tujuan pembangunan berkelanjutan bagaikan utopia yang tidak berujung dan berduri.
Oleh karena itu, walaupun partisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan terus digaungkan dan diupayakan oleh segenap elemen negara di dunia.
Namun, perlu diperhatikan dengan jeli dan serius, atas area di luar jangkauan tujuan pembangunan berkelanjutan yang tanpa disadari memiliki potensi atas resesi global yang berkemungkinan terjadi.
Dengan demikian, pemangku kebijakan dan kepentingan lainnya, sudah sewajarnya memiliki sikap skeptis, tidak hanya berusaha untuk mencapai target-target pembangunan berkelanjutan, tetapi juga potensi risiko yang tidak eksplisit dan dapat terjadi dari cakupan skenario tujuan pembanguan berkelanjutan.
Ekonomi sirkular berpotensi menghasilkan terobosan baru di tengah ancaman krisis ekonomi global.
Beberapa perspektif dapat disimpulkan atas alasan mengapa ekonomi sirkular menjadi pemain utama untuk menghambat faktor yang mendorong terjadinya potensi ancaman krisis ekonomi.
Pertama, konsep ekonomi sirkular menyediakan sudut pandang berbeda, di mana roda perekonomian tidak hanya berhenti pada konsumen akhir.
Akan tetapi, perputaran ekonomi akan terus terjadi sehingga perlambatan ekonomi dari dalam negeri dapat dihentikan.
Selain itu, adanya proses perputaran ekonomi yang berlanjut terus-menerus akan menghasilkan nilai ekonomi yang terus bertumbuh, walaupun proyeksi ekonomi global mengalami perlambatan.
Di sinilah peran penting UMKM sebagai garda terdepan penyuplai kebutuhan dalam negeri, sehingga domain masyarakat tidak hanya berkiblat pada faktor pemenuhan produksi dari luar negeri.
Pada akhirnya, potensi resesi global bukan tidak mungkin dapat diatasi, tetapi peluang pertumbuhan ekonomi yang kuat dapat dimungkinkan di tengah ancaman resesi global.
Kedua, peran pemangku kebijakan (policy maker). Penting sekali untuk mendukung langkah konkret pemangku kebijakan, agar tidak hanya memberikan kontribusi pada realisasi kebijakan yang masif dan responsif.
Namun, kebijakan yang ada perlu untuk disosialisasikan dan penyamaan persepsi agar konsep pembangunan ekonomi yang berkelanjutan sebagaimana program RPJMN dapat segera terealisasi.