Sementara itu, terkait penyetopan bantuan pupuk, ia mengaku bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut karena sudah mengetahui bahwa pemerintah tidak mungkin memberi bantuan terus-menerus.
“Ya kalau dikasih, kami enggak menolak. Cuma biasanya tetap mandiri juga,” kata Hartoyo.
Diharapkan bisa hadirkan penyuluh
Selain bantuan terkait kendala tata air, Hartoyo berharap, Kementan bisa menghadirkan penyuluh yang mempraktikkan teori di lapangan secara langsung dan rutin mengunjungi Pulang Pisau.
Selama dua tahun food estate berjalan, kata dia, baik pendampingan maupun penyuluh tidak selalu rutin hadir.
Baca juga: Kembangkan Food Estate, Jababeka Siapkan Proyek Percontohan di Cikarang
“Petani tahunya cuma di sawah. Kami perlu diberi ilmu dan masukan supaya hasil (pertanian) bisa meningkat lagi,” tutur Hartoyo.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan mengatakan bahwa program food estate di Kalteng akan terus dilanjutkan pemerintah, meski masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaannya.
“Enggak apa sih kalau ada orang kritik (berhentikan food estate) seperti itu. Mereka juga (punya) argumentasi yang baik. Namun, bagi KTNA, food estate Kalteng itu sangat penting untuk menutup kehilangan fungsi lahan yang tiap tahun terjadi,” tuturnya.
Menurut Sofyan, apabila food estate tidak dilakukan sekarang, negara dikhawatirkan mengalami keterlambatan dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Seperti diketahui, kebutuhan pangan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.