Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Indonesia di Puncak Dunia dan Peran-peran di G20

Kompas.com - 15/11/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam History of The G20 (14 November 2022) dijelaskan, pada awal pembentukannya, G20 berfokus pada upaya reformasi sistem keuangan global sebagai salah satu kunci dalam merespon krisis ekonomi global.

Sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi dunia, pada KTT G20 2009 di Pittsburgh, AS, dirumuskan tujuan G20 dengan lebih jelas, yaitu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, KTT G20 di Cannes, Perancis (2011) menyepakati bahwa G20 memiliki tanggung jawab untuk “mengkoordinasikan kebijakan mereka dan menghasilkan kesepakatan politik yang sangat penting dalam mengatasi tantangan akibat kondisi saling ketergantungan ekonomi global” (mengorganisasikan kebijakan mereka dan menghasilkan kesepakatan politik yang diperlukan untuk mengatasi tantangan saling ketergantungan ekonomi global).

Maka KTT tahunannya, berkembang menjadi forum utama untuk membahas ekonomi serta masalah global mendesak lainnya. Pertemuan bilateral di sela-sela KTT terkadang menghasilkan kesepakatan internasional yang besar.

Pertanyaan Utama

Pertanyaan utama yang harus dijawab dalam KTT saat ini adalah bagaimana negara-negara anggota G20 dapat sungguh-sungguh bekerja sama dan bekerja untuk bersama demi membangun masa depan yang lebih stabil.

Pertanyaan itu menjadi terasa semakin kuat mencari jawabannya di tengah krisis dunia dan perpecahan geopolitik saat ini.

Ketidak-hadiran Presiden Putin, misalnya, menjadi salah satu tanda kuatnya persaingan dan perpecahan geopolitik, terlebih setelah perang Ukraina.

Tentu saja, ketidak-hadiran pemimpin Rusia itu, tidak otomatis mengurangi bobot KTT. Ibarat masakan, ada rasa yang kurang, tapi tetap enak dan bergizi.

Apalagi hadir Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping. Kehadiran mereka, memberikan setitik harapan terwujud-nyatanya tema KTT “Recover Together, Recover Stronger.”

Kita katakan "setitik" harapan, karena kedua negara itu saat ini dalam tingkat hubungan yang tidak baik. Kedua negara sejak terlibat perang dagang (dimulai oleh Presiden Donald Trump).

Kata Pawel Paszak (Warsaw Institute, 5 Agustus 2021), Washingtonlah yang melihat pertumbuhan kuantitatif dan kualitatif kekuatan China sebagai tantangan utama abad ke-21. Maka AS memulai persaingan ekonomi yang tajam dengan Beijing.

Sebaliknya, China, melihat empat dekade sejak memulai apa yang disebut sebagai "reformasi pembukaan", khususnya tahun 2001 lalu, sebagai “window of opportunity” (jendela peluang) yang memungkinkan kemajuan keuangan yang besar. Kata pemimpin China "Inilah saat dan momentum bagi kita."

Maka kata Pawel Paszak, perang dagang AS-China adalah alat untuk persaingan antara dua kekuatan besar––Amerika Serikat dan China––yang kemungkinan akan mendominasi paruh pertama abad ke-21.

Tujuan Washington adalah mempertahankan keunggulannya di sektor industri dan jasa teratas sambil menawarkan skema perlindungan yang lebih baik kepada bisnis domestik dan akses yang lebih simetris ke pasar China.

Persaingan ego dua kekuatan besar di kawasan Indo-Pasifik, telah pula menarik sekutu-sekutu AS di kawasan--Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura--ke dalam mandala kompetisi strategik dengan China.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com