Di sisi lain, tak banyak petani tembakau yang paham dengan aturan pengendalian tembakau. Bagi mereka, hal ini mungkin terlalu rumit untuk dicerna.
Harapan mereka sederhana, yakni hasil panen mendapat harga layak dari pabrik rokok. Dengan begitu, mereka dapat menyekolahkan anak agar dapat mentas atau terlepas dari jerat kemiskinan.
Misbakhun pun menceritakan pengalamannya bertemu para petani tembakau, buruh tani, dan buruh linting rokok di Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur (Jatim).
"Seorang perempuan buruh linting rokok ikut membantu suaminya menopang ekonomi keluarga. Suaminya bekerja sebagai buruh tani. Mereka berusaha agar bisa menyekolahkan anaknya. Lantas, apa yang sudah diberikan negara kepada mereka?" tegas Misbakhun.
Baca juga: Soal Cukai Rokok, Ini Saran DPR untuk Pemerintah
Ia juga menyayangkan, profesi sebagai petani tembakau dan buruh linting rokok kerap dipandang sebelah mata. Hal ini terbukti dari dana bagi hasil cukai tembakau (DBHCT) yang salah satunya diprioritaskan untuk kegiatan alih profesi para buruh dan petani tembakau.
“Saya berpikir obyektif saja. Apakah cara kita mengelola negara harus menjadi tidak obyektif kepada rakyatnya? Roadmap-nya pun harus jelas. Sebab itu, negara harus hadir dan mewujudkan keberpihakan kepada petani dan buruh di sektor IHT. Saya enggak akan berhenti (bersuara) sampai kapan pun,” kata Misbakhun.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.