Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HRD hingga Sales Marketing Jadi Pekerjaan yang Banyak Dilamar Pencari Kerja di JobStreet

Kompas.com - 07/12/2022, 13:03 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Country Marketing Manager JobStreet Indonesia Sawitri Hertoto membeberkan beberapa jenis pekerjaan yang paling banyak dilamar oleh Jobseeker alias pencari kerja di JobStreet.

"Kami melihat Human Resource Development (HRD), admin, sales adalah jenis pekerjaan spesialisasi yang sedang banyak dilamar,"  ujarnya dalam jumpa pers virtual, Rabu (7/12/2022).

"Tapi industri yang terus dilirik adalah di bidang IT hingga sales marketing," sambung dia.

Baca juga: Bakal Ditinjau Jokowi, Pekerjaan Kavling Kawasan Inti IKN Nusantara Dimulai Januari 2023

Lebih lanjut Sawitri mengatakan, dengan banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh perusahaan besar, membuat para lulusan baru atau fresh graduate cemas mencari perkerjaan.

Sebab para lulusan baru sadar bahwa saingannya dalam mencari pekerjaan bukan lagi dari sesama lulusan baru, tapi juga dari karyawan yang sudah profesional yang terkena PHK.

Meski begitu lanjut Sawitri, berdasarkan survei yang dilakukan JobStreet baru-baru ini, menyatakan 64 persen perusahaan masih membutuhkan para lulusan baru.

"Artinya apa? Mereka tidak perlu khawarir karena banyak perusahaan yang masih butuh mereka. Fresh Gradute harus tetap semangat karena kenyataannya mereka masih butuh untuk bantu operasional mereka dalam menjalankan pekerjaan," ungkap dia.

Baca juga: Ada 46 Juta Pekerjaan Baru Tercipta hingga 2030, Ini 10 Keterampilan yang Paling Dicari


Seperti diketahui, perusahaan rintisan atau startup marak melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap karyawannya dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir. Fenomena ini terjadi di Indonesia maupun banyak negara lain.

Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir mengatakan, fenomena tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Menurutnya, faktor pertama adalah dari sisi eksternal, seperti perang, inflasi, hingga akhirnya memicu lonjakan suku bunga acuan bank sentral berbagai negara.

"Ada faktor perang di awal 2022 dan terjadi kenaikan suku bunga untuk penanganan inflasi. Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Selasa (6/12/2022).

Baca juga: Contoh Daftar Riwayat Hidup untuk Melamar Pekerjaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com