Survei dari Gartner 2021 menambahkan konteks keadilannya. Mereka menemukan bahwa anggota yang bekerja di lingkungan yang keadilannya tinggi memiliki kinerja 26 persen lebih tinggi dan 27 persen lebih kecil kemungkinannya untuk berhenti.
Kepemimpinan diplomatik juga menginspirasi orang lain untuk melakukan aksi nyata. Dan ketika pemimpin diplomatik berhasil mendorong anggotanya untuk bergerak, mereka menciptakan ruang agar setiap orang berperan dan mendapatkan kredit sesuai dengan tanggung jawabnya.
Studi dari Bonusly – sebuah platform yang bertujuan mendorong peningkatan engagement karyawan – tahun 2022 menemukan bahwa 65 persen anggota akan bertahan di organisasi apabila mendapatkan apresiasi dari rekan sejawatnya, meskipun tidak diapresiasi oleh manajernya.
Namun, 46 persen akan meninggalkan pekerjaannya karena rasa tidak diapresiasi, sehingga penghargaan menjadi penting bagi siapapun yang bekerja.
Kepemimpinan diplomatik pun juga mudah untuk dilakukan. Selama dua organisasi memiliki satu tujuan yang sama serta berdasarkan prinsip saling menghormati dan menghargai, mengadakan kolaborasi tidaklah sulit. Hanya tinggal membagi peran sesuai kapabilitas dan kompetensi organisasi.
Bank Commonwealth dan Mastercard, misalnya, membuat program MicroMentor untuk membantu pelaku UMKM berkembang.
Dari intensi dan niat kedua perusahaan ini, mereka menginginkan agar dapat menguatkan kapasitas UMKM sehingga punya daya saing yang kuat di pasar global.
Dan kolaborasi yang selama ini dilakukan sebenarnya untuk meraih hal yang lebih besar, bukan kepentingan individu atau golongan.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat bekerja sama dengan GudangAda, platform penyedia layanan ekosistem B2B, untuk mendukung peningkatan kapasitas koperasi agar bisa berdaya saing tinggi dan mampu bersaing dengan pelaku industri lainnya. Keduanya memiliki misi yang sama, yaitu bagaimana koperasi bisa naik kelas.
Dengan demikian, pemimpin diplomatik memberikan banyak manfaat secara individu maupun keorganisasian.
Menjadi pemimpin diplomatis mungkin sulit, tetapi ada cara-cara yang bisa pemimpin lakukan agar mampu memetik manfaat dari praktik kepemimpinan diplomatik, seperti misalnya dengan membina hubungan dengan anggotanya.
Saya memiliki keyakinan bahwa membina hubungan dan membangun komunikasi adalah awal dari segalanya.
Dan tentunya, pemimpin harus menyesuaikan gaya komunikasinya dengan lawan bicara mereka. Saat ini, menurut studi dari Slack 2022, sebanyak 70 persen anggota memilih berkomunikasi secara informal dengan koleganya.
Selain itu, menurut Vice President of Product dari Slack, Ali Rayl, pemimpin harus mindful dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konektivitas di tempat kerja. Dari komunikasi yang baik akan tercipta hubungan yang sehat.
Kemudian, pemimpin juga bisa menciptakan iklim diskusi yang baik dan membuat anggota bertumbuh.
Studi dari The Eagle Hill 2022 menunjukkan bahwa 82 persen anggota akan menghargai kolega yang meluangkan waktu untuk memberikan umpan balik (feedback) dan 79 persen anggota menyatakan bahwa penilaian dari kolega penting untuk pertumbuhan profesional mereka.
Dari sini, pemimpin dapat menciptakan banyak ruang diskusi yang memungkinkan setiap anggota memberikan feedback dan ide.
Dengan begitu, akan tercipta sebuah proses dialog yang konstruktif dan kreatif, sehingga memberikan ide-ide segar untuk pertumbuhan organisasi dan pribadi.
Selain itu, pemimpin juga perlu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan tidak dipenuhi emosi negatif.
Menahan diri agar tidak mengeluarkan emosi negatif turut membantu anggota fokus dengan pekerjaannya, terlebih emosi negatif akan memengaruhi nada bicara pemimpin.
Menurut pakar komunikasi, Skip Weissman, menggunakan bahasa tubuh dan nada bicara yang pantas adalah salah satu kemampuan komunikasi terpenting dalam dunia profesional.
Dengan menjaga sikap, mengendalikan nada bicara, dan menggunakan bahasa tubuh yang tepat, pemimpin dapat membuat lingkungan yang aman bagi anggotanya.
Terakhir adalah memberikan penghargaan kepada anggota. Ini sangat penting karena setiap manusia pasti ingin dihargai atas kerja kerasnya.
Studi terbaru yang diterbitkan dalam Harvard Business Review pada tahun 2022 ini menyebutkan, anggota yang melaporkan bahwa manajernya hebat dalam urusan apresiasi 40 persen lebih engage dalam pekerjaannya.
Anggota juga menjadi lebih percaya diri, termotivasi berusaha lebih keras, lebih terinformasikan, dan kemungkinan kecil untuk resign.
Kepemimpinan diplomatik masih sangat relevan dan akan terus relevan selama aktivitas memimpin melibatkan interaksi dengan manusia.
Menggerakkan dan mendorong orang lain untuk bekerja sama akan sangat penting kedepannya. Semakin banyak orang yang terlibat, maka kita bisa memberikan dampak yang lebih besar kepada lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, kepemimpinan diplomatik akan menjadi pilar penting dalam menyelesaikan problematika nasional dan global di masa depan!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.