Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat Dapat Penghargaan Swasembada Beras, Indonesia Akhirnya Harus Kembali Impor...

Kompas.com - 17/12/2022, 09:09 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

"Kemudian di pedagang masih ok masih bisa dilihat, di penggilingan, pengilangan yang mana? Kasih kami data yang mana. Karena ini berita beda-beda nih. Ini kan beda a bilang gini b bilang gini," sambung Sudin.

Kemudian Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, data yang disampaikan oleh Suwandi merupakan data dari Januari hingga September 2022.

Sementara data yang disampaikannya, kata dia, adalah data dari Januari hingga Oktober 2022.

"Ya data saya sama bapak beda. Data Pak Suwandi itu pakai data sebelumnya. Perhitungan Januari September itu 1,6 juta, 1,4 juta itu lama. Pak Wandi yang kanan ini yang data BPS baru," ujarnya.

Kemudian, Suwandi memotong penjelasan dari Arief. "Izin data terbarunya kapan pak? Coba.." tanya dia sambil tertawa.

Sementara di sisi lain, Dirut Bulog Buwas, menegaskan pihaknya tidak bisa merekayasa data stok cadangan beras. Berdasarkan data Bulog, stok beras per 22 November 2022 tercatat 594.856 ton.

Sementara pihaknya di lain sisi diminta untuk bisa memenuhi stok beras nasional sebanyak 1,5 juta ton hingga 2022.

"Ketua (Ketua Komisi IV) saya sampaikan bahwasanya data jujur saja jangan direkayasa, saya ngeri karena saya tidak biasa bicara seperti itu dan tidak biasa bekerja seperti itu. Saya tidak terlatih untuk menghianati. Jadi saya terlatih untuk apa adanya,” kata Budi Waseso.

Dia pun meminta, Kementerian dan Lembaga terkait saling terbuka mengenai stok cadangan beras, agar tidak menyebabkan keresahan di masyarakat.

"Mari kalau kita bisa untuk kepentingan bangsa dan kekuatan pangan sama-sama terbuka. Jadi, jangan terus nanti ada apa-apa ini resah semua. Ini yang harus saya perjuangkan sampai hari ini walaupun sulit apapun kami tetap berusaha terutama posisi dalam negeri,” ungkapnya.

Terkait hal itu Badan Pusat Statistika (BPS) menjelaskan duduk perkaranya.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah menilai, pada dasarnya tidak ada yang berbeda soal data beras yang digunakan Kementerian Pertanian (Kementan) dan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog).

Dia menjelaskan Kementan menggunakan data yang bersumber dari BPS pada saat survei stok beras nasional pada periode Maret-Juni 2022.

“Sebenarnya tidak berbeda cuma pada saat itu sumber datanya sama dari Kementan sama, Bapanas sama, dari bulog sama data produksinya. Kalau berbicara stok itu berbeda karena BPS kan menghitung hasil surveinya Maret sampai Juni ketika panen,” jelas Habibullah kepada awak media di Jakarta, Selasa 29 November 2022.

Dalam survei tersebut tercatat Indonesia memiliki stok 6,71 juta ton beras yang tersebar di rumah tangga, dan luar rumah tangga seperti hotel, restoran, dan kafe (horeka).

Perinciannya, 3 juta ton atau 50,5 persen berada di rumah tangga, 1,4 juta ton atau 22,1 persen di penggilingan, 800.000 ton atau 11,9 persen di pedagang, 651.000 ton atau 9,9 persen di Bulog, 300.000 ton atau 5 persen di horeka, dan 37.000 ton atau 0,6 persen di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

Baca juga: Indonesia Resmi Terima Beras Impor, Mendag Zulhas: Untuk Meredam Kenaikan Harga Beras

Akhirnya Beras impor mulai masuk

Akhirnya pemerintah resmi menerima beras impor asal Vietnam sebanyak 4.900 ton.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, importasi ini dilakukan menyusul dengan adanya Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) yang dilakukan pemerintah yang membahas upaya pemenuhan kebutuhan stok beras nasional.

"Per hari ini 4.900 ton atau kurang lebih 5.000 ton asal Vietnam," ujar Buwas saat menerima beras di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022).

Lebih lanjut Buwas mengatakan, importasi ini dilakukan secara bertahap sehingga sampai Desember 2022 total importasi beras bisa mencapai 200.000 ton.

"Ini sekarang berdatangan bertahap tapi sampai Desember 200.000 ton. Nanti (sore) ada di Serang, Merak sebanyak 5.000 ton juga itu dari Thailand," jelas Buwas.

"Tapi yang pasti ini bertahap sampai target impor kita nanti 500.000 ton. Sejauh ini negara asalnya Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Pakistan," sambung Buwas.

Buwas menilai kebijakan pengadaan beras dari luar negeri ini untuk memperkuat cadangan beras nasional.

Dia juga memastikan kebijakan yang diambil tidak akan mengganggu beras petani karena hanya dipergunakan pada kondisi tertentu.

"Seperti penanggulangan bencana, intervensi harga jika diperlukan, dan beberapa kegiatan pemerintah lainnya," katanya.

Hal ini juga diamini oleh Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi. Dia mengatakan, impor beras ini bukan keinginan Bulog melainkan hasil keputusan 2 kali Rapat Koordinasi Terbata (Rakortas) dalam rangka penambahan stok cadangan beras pemerintah guna menjaga stabilitas harga di pasaran.

"Jika diperlukan Beras impor ini akan digelontorkan dalam rangka menghadapi Natal dan tahun baru sehingga tidak ada gejolak harga" kata Arief.

Baca juga: Bulog Pastikan Impor Beras Tak Akan Rugikan Petani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com