Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Subsidi Mobil Listrik Rentan Salah Sasaran, Ini Saran Ekonom

Kompas.com - 21/02/2023, 11:10 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai subsidi atau insentif yang diberikan pemerintah untuk mendorong implementasi KBLBB atau (Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai) di Indonesia rentan salah sasaran.

Menurut Bhima, meskipun diberikan subsidi dalam bentuk keringan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 1 persen, tetap saja harga mobil listrik mahal. Hal inilah yang menjadi dasar usulan konversi mobil konvensional atau dengan bahan bakar minyak (BBM).

Subsidi kendaraan listrik rentan salah sasaran untuk kelas menengah atas terutama dalam bentuk pengurangan pajak mobil listrik. Meski sudah diberi keringanan pajak, tetap saja harga mobil listrik masih mahal,” kata Bhima kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).

Baca juga: Dapat Insentif, Pajak Mobil Listrik Hanya 1 Persen?

Menurut Bhima, dengan melakukan konversi mobil konvensional ke mobil listrik, akan lebih efektif dalam mendorong implementasi KBLBB. Bhima menilai jika hal tersebut dilakukan di negara maju, seperti Eropa.

“Ada cara yang lebih efektif yakni mendorong konversi mobil bbm ke mobil listrik seperti yang dilakukan di berbagai negara termasuk di Eropa,” tambahnya.

Bhima juga mendorong solusi lain dalam mendorng penerapan penggunaan kendaraan listrik di tanah air, yakni dengan menyetop pabrik mobil memproduksi mobil berbahan bakar BBM. Menurut dia, cara tersebut juga efektif menekan biaya produksi mobil listrik.

“Dengan mendorong pabrikan otomotif dalam negeri untuk stop produksi mobil BBM, dan bergeser ke mobil listrik, lebih efektif meningkatkan skala ekonomi sehingga biaya produksi bisa turun,” lanjut dia.

Di sisi lain, subdidi untuk kendaraan bermotor tersebut dikhawatirkan hanya akan menambah kepadatan lalu lintas, jika tidak diimbangin dengan aturan pembatasan produksi kendaraan berbahan bakar BBM.

Subsidi mobil listrik bisa mempengaruhi penambahan jumlah kendaraan bermotor karena disaat bersamaan tidak ada pembatasan produksi mobil BBM. Ujungnya tambah kemacetan,” jelasnya.

Bhima juga menyoroti terkait dengan kesiapan infrastruktur dalam mensupport implementasi KBLBB. Dia menilai, pemerintah belum mencukupi ketersediaan stasiun pengisian baterai, hingga jumlah bengkel yang hanya terpusat di Jabodetabek saja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com