Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengunjung E-commerce Menyusut, gara-gara Konsumen Tahan Belanja atau Efek Inflasi?

Kompas.com - 31/03/2023, 07:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pengunjung platform e-commerce atau platform marketplace di Indonesia merosot di awal tahun 2023 ini.

Dilansir dari laman SimiliarWeb, lima besar platform e-commerce di Indonesia seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Bukalapak menunjukkan gejala penurunan kunjungan yang sama.

Menanggapi hal tersebut, Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) menjelaskan, sejak September 2022 memang terjadi perlambatan pada nilai transaksi yang terjadi di ecommerce.

Namun demikian, ia tidak yakin hal tersebut juga berpengaruh pada penurunan kunjungan masyarakat ke platform ecommerce.

Bank Indonesia sebelumnya melaporkan, nilai transaksi ecommerce sepanjang tahun 2022 adalah sebesar Rp 476,3 triliun dengan volume transaksi sebanyak 3.486 juta transaksi.

Namun nyatanya, realisasi ini masih di bawah target tahun 2022 yang sebesar Rp 498 triliun.

Baca juga: Pengunjung E-commerce Merosot, Tokopedia: Jelang Ramadhan Kunjungan Meningkat 1,5 Kali

Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (IdEA) Bima Laga menjelaskan, sejak September hingga Desember 2022 memang terjadi penurunan nilai transaksi di ecommerce.

Penurunan ini sedikit banyak dipengaruhi tingginya inflasi akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Melambungnya harga BBM ini sangat berpengaruh terhadap biaya logistik yang menjadi salah satu sendi dari bisnis ecommerce.

"Transaksi memang turun karena inflasi, tapi jumlah kunjungannya tidak, tetap tumbuh," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis (30/3/2023).

Baca juga: Jumlah Pengunjung E-Commerce Merosot pada Februari 2023

Bima menjabarkan, di akhir tahun 2022, bisnis ecommerce sebetulnya tetap tumbuh. Hanya saja, pertumbuhannya mengalami perlambatan dibandingkan dengan pesatnya bisnis industri ini di tahun 2020-2021.

Lebih lanjut, Bima memprediksi, di awal tahun ini konsumen ecommerce masih menahan pembelanjaan lantaran masih ada tekanan dari ekonomi dan ketidakpastian global.

"(Konsumen) masih melihat situasi global sampai mana, tapi nanti waktu Ramadhan baru akan tumbuh lagi," imbuh dia.

Baca juga: Beri Waktu Seminggu, Kemenkop UKM Minta E-Commerce Turunkan Penjual Thrifting

Tren Social Commerce

Ramadhan 2023 yang jatuh pada kuartal pertama 2023 ini ternyata berdampak juga pada konsumen yang menahan belanja dan mempertimbangkan kondisi ekonomi setahun ke depan.

Di sisi lain, Bima tidak menampik adanya kemungkinan penurunan kunjungan ke e-commerce dipengaruhi oleh tren social commerce atau tren belanja melalui platform media sosial.

"Jumlah kunjungan dan nilai transaksi tidak berjalan lurus. Bisa saja masyarakat ke social commerce untuk lihat-lihat karena ada fitur live selling yang menarik," ungkap dia.

Namun begitu, ia bilang, platform ecommerce dengan sistemnya lebih aman untuk pembeli dan penjual bertransaksi dibandingkan dengan social commerce.

Seperti telah diberitakan, pada 2022 mulai terjadi tren social commerce. Masyarakat melakukan belanja online melalui platform media sosial yang menyediakan fitur belanja seperti Instagram, Facebook, WhatsApp, dan Tiktok.

Baca juga: Tren Social Commerce Marak, YLKI: Perlu Diatur agar Data Pengguna Aman

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com