Saya naik pesawat ini tepat tengah hari yang panas dari apron Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Banten. Di dalam pesawat, AC sudah menderu sehingga udara di pesawat tetap dingin.
Kalau dilihat dari luar, pesawat ini mirip dengan pesawat jenis MD 80 buatan pabrikan dari AS, Mc Donnell Douglas yang kemudian diakuisisi Boeing. Ciri khasnya, kedua mesin berada di belakang sayap pesawat.
Memang platform dasar ARJ21 memang dari pesawat MD 80 yang dibeli dan dikembangkan oleh Comac.
Pesawat terlihat mungil dan ramping jika dibandingkan dengan pesawat-pesawat yang parkir di apron saat itu yang sebagian besar adalah Boeing B737 NG dan Airbus A320 series berkapasitas 180 – 200 penumpang. Sedangkan kapasitas ARJ21-700 hanya 90 penumpang.
Masuk ke dalam pesawat, saya disuguhi kursi bernuansa biru tua yang ergonomis. Kursi yang slim tapi membuat jarak antar kursi depan belakang jadi lebih panjang sehingga jika kita duduk, lututnya masih leluasa bergerak.
Sandaran untuk tangan juga slim, tidak seperti di kebanyakan pesawat, namun tetap nyaman untuk bersandar. Konfigurasi kursinya, dua sebelah kiri dan tiga sebelah kanan.
Yang menarik, atap di atas kursi dekat jendela tidak terlalu rendah jika dibandingkan dengan pesawat sejenis seperti, misalnya, CRJ 1000 NG yang dulu pernah dioperasikan maskapai Garuda Indonesia.
Jadi kalau kita berdiri, kepala tidak harus menunduk terlalu dalam karena kepentok lengkungan badan pesawat dan tempat bagasi kabin.
Tempat bagasi kabinnya memang tidak terlalu tinggi seperti di pesawat sekelas B737 atau A320, bahkan kepala kita bisa melongok ke dalamnya. Namun ruangan bagasinya tetap terlihat luas.
Segera, pesawat menderu menuju runway dan lepas landas menuju Bali. Saya duduk di baris nomor 3 dari depan sebelah kanan.
Di sebelah saya, duduk Capt. Iwan Paul, mantan captain pilot senior Garuda Indonesia yang terbang mulai tahun 1972 hingga 1989.
Selama perjalanan, saya berbincang dengan beliau yang ternyata pada eranya dulu juga menerbangkan pesawat seperti MD70, DC9 dan Fokker F28.
Capt Iwan tampak serius. Dia ditugaskan perusahaannya saat ini untuk mengamati performa pesawat, karena berencana menyewa untuk transportasi karyawannya. Tentu saja dia harus memastikan pesawatnya terjamin keselamatan dan kenyamannya.
Saat di atas daerah Karawang, pesawat memasuki awan dan sedikit bergetar. “Goyang Karawang”, begitu ujar sang pilot pesawat.
Capt. Iwan pun turut berkomentar, “Masih stabil goyangannya, berarti aerodinamisnya bagus!”.