Salah satu petunjuknya adalah kurangnya persaingan harga di industri telur pada umumnya. Berkaca dari fenomena eggflation di Amerika Serikat pada Agustus tahun lalu, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) pernah meminta peningkatan produksi telur.
Saat itu biaya pakan di sana relatif moderat, tetapi harga telur sangat tinggi. Sayangnya, produksi tetap tidak kunjung meningkat dan harga tetap naik. Anehnya, pasar tidak terlalu banyak berubah meski pemerintah turun tangan.
Hal itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam industri telur. Biasanya, dalam pasar yang kompetitif, jika ada keuntungan yang besar yang dapat diperoleh dengan meningkatkan produksi dan menawarkan harga yang lebih rendah, perusahaan-perusahaan akan bersaing untuk mengambil pangsa pasar dan menurunkan harga.
Namun, dalam kasus itu terlihat bahwa produksi telur tidak meningkat signifikan dan harga tetap tinggi. Inilah yang disebut oligopoli industri perunggasan yang minim persaingan harga.
Industri telur di Indonesia juga ditandai dengan tidak adanya persaingan harga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah produsen besar yang sedikit, hambatan masuk yang tinggi, dan peran pemerintah dalam mengatur industri.
Baca juga: Harga Pakan Ayam Picu Kenaikan Harga Telur di Salatiga
Banyak riset menunjukkan industri unggas dan pakan kita dikuasai pemain-pemain besar. Setidaknya ada lima produsen telur teratas di Indonesia menguasai lebih dari 60 persen pasar, yang memberi mereka kekuatan pasar yang signifikan. Ini berarti, mereka berpotensi secara kolektif menetapkan harga dan membatasi persaingan.
Hambatan untuk masuk ke industri telur juga tinggi. Hal ini disebabkan tingginya biaya mendirikan peternakan unggas, kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan khusus, dan persyaratan perizinan dari pemerintah. Hal ini mempersulit pendatang baru untuk menantang produsen yang ada dan menurunkan harga.
Pemerintah juga berperan dalam mengatur industri telur. Ini termasuk pengaturan kuota produksi, kuota impor, dan harga. Hal ini selanjutnya dapat membatasi persaingan dan menjaga harga tetap tinggi.
Akibat dari faktor-faktor tersebut, industri telur di Indonesia dicirikan oleh tingginya harga dan tidak adanya persaingan harga. Ini menjadi perhatian konsumen, yang membayar lebih untuk telur daripada yang seharusnya. Hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah yang berusaha menekan inflasi pangan.
Bagaimana caranya mengatasinya? Tentu saja kurangi hambatan untuk masuk ke dalam industri, batasi peran pemerintah dalam mengatur industri, dan mulailah mempromosikan transparansi dalam industri, seperti dengan mewajibkan produsen untuk mengumumkan harga ke publik.
Saat terjadi fenomena seperti ini selalu pemerintah yang muncul ke permukaan, sementara produsen-produsen besar tak satu pun muncul menjelaskan hal yang terjadi pada masyarakat.
Di pasar telur, mereka menguasai lebih dari 60 persen pasar. Di pasar pakan ternak, mereka juga memiliki andil yang signifikan. Salah satu produsen pakan unggas terbesar di Indonesia bahkan menggenggam pangsa pasar pakan lebih dari 30 persen.
Artinya mereka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga pakan unggas, yang dapat memengaruhi biaya pemeliharaan ayam dan unggas lainnya. Mereka terintegrasi secara vertikal, artinya mereka terindikasi menguasai seluruh proses produksi, mulai dari pembibitan ayam hingga pemasaran telur.
Hal itu memberi mereka keuntungan signifikan dibandingkan produsen kecil, yang tidak mampu bersaing dalam harga atau kualitas. Fakta bahwa perusahaan-perusahaan ini mengendalikan pasar pakan dan telur memberi mereka kekuatan pasar yang signifikan. Mereka dapat menggunakan kendali atas pasar pakan untuk memengaruhi biaya beternak ayam, yang kemudian dapat memengaruhi harga telur. Hal ini dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen.
Ada beberapa produsen telur lain di Indonesia, tetapi mereka jauh lebih kecil dari lima perusahaan teratas. Produsen kecil ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk biaya produksi yang tinggi, kurangnya akses ke modal, dan peraturan pemerintah.
Akibatnya, mereka tidak dapat bersaing dengan lima perusahaan teratas dan memiliki pengaruh yang terbatas di pasar. Ini hanyalah konsekuensi potensial. Namun, masih banyak yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan persaingan di industri ini, seperti mengurangi hambatan industri dan membudayakan transparansi.
Jika hal itu bisa diatasi oleh pemerintah dan kawanan industri besar, saya yakin ini akan membantu harga telur terjangkau dan stabil dalam jangka panjang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.