Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irvan Maulana
Direktur Center of Economic and Social Innovation Studies (CESIS)

Peneliti dan Penulis

Mencari Solusi Menekan "Eggflation"

Kompas.com - 19/06/2023, 13:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Namun ada hal yang jarang dijelaskan kepada masyarakat, yaitu terkait persaingan industri perunggasan yang cenderung dikuasai beberapa pemain saja. Saat semua faktor sulit menjelaskan mengapa harga telur naik, ada faktor yang tampaknya bisa menjelaskan dari hulu hingga hilir, yaitu potensi skema kolusi harga dan oligopilistik industri.

Oligopoli Industri Perunggasan

Salah satu petunjuknya adalah kurangnya persaingan harga di industri telur pada umumnya. Berkaca dari fenomena eggflation di Amerika Serikat pada Agustus tahun lalu, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) pernah meminta peningkatan produksi telur.

Saat itu biaya pakan di sana relatif moderat, tetapi harga telur sangat tinggi. Sayangnya, produksi tetap tidak kunjung meningkat dan harga tetap naik. Anehnya, pasar tidak terlalu banyak berubah meski pemerintah turun tangan.

Hal itu menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam industri telur. Biasanya, dalam pasar yang kompetitif, jika ada keuntungan yang besar yang dapat diperoleh dengan meningkatkan produksi dan menawarkan harga yang lebih rendah, perusahaan-perusahaan akan bersaing untuk mengambil pangsa pasar dan menurunkan harga.

Namun, dalam kasus itu terlihat bahwa produksi telur tidak meningkat signifikan dan harga tetap tinggi. Inilah yang disebut oligopoli industri perunggasan yang minim persaingan harga.

Industri telur di Indonesia juga ditandai dengan tidak adanya persaingan harga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain jumlah produsen besar yang sedikit, hambatan masuk yang tinggi, dan peran pemerintah dalam mengatur industri.

Baca juga: Harga Pakan Ayam Picu Kenaikan Harga Telur di Salatiga

Banyak riset menunjukkan industri unggas dan pakan kita dikuasai pemain-pemain besar. Setidaknya ada lima produsen telur teratas di Indonesia menguasai lebih dari 60 persen  pasar, yang memberi mereka kekuatan pasar yang signifikan. Ini berarti, mereka berpotensi secara kolektif menetapkan harga dan membatasi persaingan.

Hambatan untuk masuk ke industri telur juga tinggi. Hal ini disebabkan tingginya biaya mendirikan peternakan unggas, kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan khusus, dan persyaratan perizinan dari pemerintah. Hal ini mempersulit pendatang baru untuk menantang produsen yang ada dan menurunkan harga.

Pemerintah juga berperan dalam mengatur industri telur. Ini termasuk pengaturan kuota produksi, kuota impor, dan harga. Hal ini selanjutnya dapat membatasi persaingan dan menjaga harga tetap tinggi.

Akibat dari faktor-faktor tersebut, industri telur di Indonesia dicirikan oleh tingginya harga dan tidak adanya persaingan harga. Ini menjadi perhatian konsumen, yang membayar lebih untuk telur daripada yang seharusnya. Hal ini juga harus menjadi perhatian pemerintah yang berusaha menekan inflasi pangan.

Bagaimana caranya mengatasinya? Tentu saja kurangi hambatan untuk masuk ke dalam industri, batasi peran pemerintah dalam mengatur industri, dan mulailah mempromosikan transparansi dalam industri, seperti dengan mewajibkan produsen untuk mengumumkan harga ke publik.

Saat terjadi fenomena seperti ini selalu pemerintah yang muncul ke permukaan, sementara produsen-produsen besar tak satu pun muncul menjelaskan hal yang terjadi pada masyarakat.

Di pasar telur, mereka menguasai lebih dari 60 persen pasar. Di pasar pakan ternak, mereka juga memiliki andil yang signifikan. Salah satu produsen pakan unggas terbesar di Indonesia bahkan menggenggam pangsa pasar pakan lebih dari 30 persen.

Artinya mereka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga pakan unggas, yang dapat memengaruhi biaya pemeliharaan ayam dan unggas lainnya. Mereka terintegrasi secara vertikal, artinya mereka terindikasi menguasai seluruh proses produksi, mulai dari pembibitan ayam hingga pemasaran telur.

Hal itu memberi mereka keuntungan signifikan dibandingkan produsen kecil, yang tidak mampu bersaing dalam harga atau kualitas. Fakta bahwa perusahaan-perusahaan ini mengendalikan pasar pakan dan telur memberi mereka kekuatan pasar yang signifikan. Mereka dapat menggunakan kendali atas pasar pakan untuk memengaruhi biaya beternak ayam, yang kemudian dapat memengaruhi harga telur. Hal ini dapat menyebabkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen.

Ada beberapa produsen telur lain di Indonesia, tetapi mereka jauh lebih kecil dari lima perusahaan teratas. Produsen kecil ini menghadapi sejumlah tantangan, termasuk biaya produksi yang tinggi, kurangnya akses ke modal, dan peraturan pemerintah.

Akibatnya, mereka tidak dapat bersaing dengan lima perusahaan teratas dan memiliki pengaruh yang terbatas di pasar. Ini hanyalah konsekuensi potensial. Namun, masih banyak yang harus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan persaingan di industri ini, seperti mengurangi hambatan industri dan membudayakan transparansi.

Jika hal itu bisa diatasi oleh pemerintah dan kawanan industri besar, saya yakin ini akan membantu harga telur terjangkau dan stabil dalam jangka panjang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Whats New
[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

Whats New
Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Whats New
3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

Whats New
Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Whats New
10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com