Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ferdy Hasiman
Peneliti

Peneliti di Alpha Research Database. Menulis Buku Freeport: Bisnis Orang Kuat Vs Kedaulatan Negara, Gramedia 2019. dan Monster Tambang, JPIC-OFM 2013.

Pertamina Menuju Dekarbonisasi

Kompas.com - 20/06/2023, 15:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan melihat ekspansi yang dilakukan PGE, saya yakin proses transisi menuju energi baru terbarukan sudah mulai berjalan. Pertamina di masa mendatang boleh berharap peningkatan pendapatannya juga disumbangkan dari energi baru terbarukan.

Itulah juga yang diungkapkan dalam Nikkei Forum tahun 2023. Untuk aspek new business building, melalui subholdingnya (PGE), Pertamina berupaya mengeksplorasi sumber daya energi baru yang diharapkan dapat memberi lebih banyak kontribusi pendapatan.

Pertamina berkewajiban untuk memastikan energi bagi masyarakat tersedia, terjangkau, dan dapat diandalkan. Ini harus diseimbangkan agar bisa mengamankan energi nasional dan bisa melakukan konversi ke energi hijau.

Dalam 10 tahun atau belasan tahun ke depan, energi fosil memang tetap menjadi tulang punggung dan berkontribusi besar bagi pendapatan Pertamina. Ini tak boleh lepas dari peran Pertamina melakukan eksplorasi minyak dan gas di hulu dan pengolahan di sektor hilir melalui pembangunan kilang menjadi bahan bakar minyak (BBM), seperti solar, bensin, diesel dan avtur untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik.

Indonesia tak boleh tergantung pada korporasi asing atau modal asing untuk mengamankan energi nasional. Pertamina mesti menjadi perusahaan yang dapat diandalkan untuk menjaga keamanan energi nasional. Untuk itu, pengolahan energi baru terbarukan, seperti yang dilakukan subholding Pertamina, PGE adalah langkah penting untuk mengamankan energi berbasis hijau di masa depan.

Kita paham, mustahil melakukan konversi energi fosil ke energi hijau dalam waktu sekejap. Hal ini membutuhkan waktu dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) untuk merealisasikan dekarbonisasi melalui pengembangan energi berbasis hijau.

Pertamina tentu harus berupaya menahan laju penurunan alami lapangan minyak dan gas dengan melakukan injeksi dan memanfaatkan emisi karbon untuk meningkatkan produksi migas.

Tak salah jika pada 26 Mei 2023, kampus milik Pertamina, Universitas Pertamina menjalin kerja sama dengan dua Universitas di Jepang, yakni Tokyo University dan Kyushu University. Kerja sama ini untuk mendukung Pertamina dalam rangka program transisi energi dan target net zero emission (NZE) tahun 2060. Kerja sama tersebut berlangsung dalam acara Nikkei Forum ke 28 yang berlangsung di Tokyo Jepang.

Kerja sama dengan kedua univesitas Jepang ini untuk memperkuat kegiatan penelitian dan pengembangan yang diperlukan Pertamina sebagai perusahaan energi, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan aktivitas keberlanjutan yang mendukung aspek lingkungan, sosial dan tata kelola.

Kerja sama Universitas Pertamina dan Universitas Tokyo dan Universitas Kyushu merupakan langkah positif bagi Pertamina sebagai korporasi dalam menjalankan proyek inisiatif transisi energi Pertamina sekaligus mendukung target pemerintah dalam net zero emission 2060. Ini juga harus dibaca bahwa Pertamina mesti memiliki SDM handal untuk menjalankan program transisi energi.

Kehandalan SDM harus sejalan dengan upaya peringkat ESG (Environmental, Social and Governance). Dalam dunia modern, korporasi harus menjaga ESG. Dunia sekarang memiliki standar tinggi untuk lingkungan hidup, urusan sosial dan tata kelola. Pertamina sebetulnya telah melakukan itu dengan baik.

Berdasarkan data yang tersedia, ESG Pertamina sangat baik dan perlu ditingkatkan terus. Dari peringkat 41,6 (severe) pada tahun 2021, kemudian naik menjadi 28,1 (medium) dan pada Oktober 2022 naik menjadi 22,1 (medium).

Dengan skor tersebut, saat ini ESG Pertamina berada di urutan ke-2 dunia dalam kategori integrated oil and gas company berdasarkan peringkat Sustainalytics. Ini tentu harus menjadi acuan agar program dekarbonisasi harus menjadi perhatian semua perusahaan.

Pertamina sebagai perusahaan milik negara harus menjadi pelopor bagi peningkatan ESG agar pembangunan bukan hanya menghasilkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga development sustainability atau pembangunan berkelanjutan dengan menjaga lingkungan alam sekitar.

Korporasi juga bukan hidup sendiri, tetapi berdampingan dengan warga sebuah negara. Maka, perhatian terhadap isu-isu sosial dan tata kelolah menjadi sangat penting.

Ekonomi pertumbuhan telah mendorong terjadinya penghancuran lingkungan. Setelah hancur dan habis tak ada lagi keberlanjutan. Kerusakan lingukungan yang menimpa masyarakat sudah sangat parah.

Baca juga: Ambil Alih Blok Masela, Pertamina Bayar Separuh Dulu ke Shell

Karena itu, membangunan energi hijau untuk masa depan adalah sebuah imperatif kategoris yang tak boleh ditunda-tunda.

Kepentingan Jangka Panjang

Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan, perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, maka pembangunan ekonomi termasuk pemanfaatan sumber daya alam (SDA) untuk kepentingan jangka panjang.

Keamanan energi dan isu keberlanjutan tidak bisa ditunda-tunda. Korporasi besar, seperti Pertamina, harus menjadi pelopor untuk menciptakan lingkungan dan energi hijau di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com