Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal ‘Cold Email’, ‘Warm Email’, serta Manfaatnya untuk Pelamar Kerja

Kompas.com - 04/07/2023, 13:01 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNBC

2. Membangun koneksi

Menurut CEO Lab Strategi Karir Sarah Doody, ada seni yang bisa digunakan dalam membuat cold email, dan kuncinya adalah fondasi yang kuat. Dia mengatakan, koneksi sangat dibutuhkan untuk membangun jejaring.

“Pikirkan koneksi kamu dengan orang yang kamu kirimi email. Jika memungkinkan bisa berbicara secara online, dan bagaimana kamu meningkatkan potensi email kamu mendapatkan balasan,” ungkap Doody.

“Ketika saya bekerja dalam perekrutan dan menerima cold email, saya tidak terlalu memperhatikannya,” tambah Salemi.

“Biasanya saya menjawab dengan tanggapan umum seperti, 'Terima kasih atas email Anda, kami sedang meninjau resume Anda dan akan segera menghubungi Anda jika cocok.' Tapi, saya tidak punya waktu untuk berbicara lebih banyak dengan orang yang saya tidak kenal,” ujar Salemi.

Pada akhirnya, Salemi mengatakan bahwa warm email seringkali lebih berhasil daripada cold email dalam upaya mendapatkan respon dari perusahaan tempatmu melamar kerja.

“Coba ubah pola pikir kamu, bagaimana ketika seseorang menerima email itu. Warm email dapat secara signifikan meningkatkan kemungkinan seseorang merespon kamu, dan terlibat denganmu untuk membantu kamu naik ke level berikutnya,” ungkap dia.

3. Langsung ke intinya

Perlakukan email kamu seperti surat lamaran atau elevator pitch, dimana ini adalah kesempatan kamu untuk segera memasarkan diri kepada perekrut di perusahaan yang kamu targetkan.

“Masuklah dengan permintaan khusus dan, sampaikan secara lugas apa yang kamu inginkan,” jelas Doody.

Seperti surat lamaran, email harus menyoroti keinginan dan tujuan kamu, kemudian dua atau tiga pengalaman yang membuat kamu menonjol dan terhubung ke akun profesional.

“Itu harus ringkas dan menonjolkan kekuatan kamu. Kalimat pertama harus berupa sapaan yang ramah bersama dengan tujuanmu. Bagian tengah membahas kemampuan kamu, dan mengapa mereka harus tertarik untuk berbicara denganmu,” kata Salemi.

Di sisi lain, Doody menilai ada baiknya jika email dituliskan secara ringkas dan tidak berele-tele. Sehingga perekrut memahami dengan jelas maksud dan tujuan kamu.

“Singkatkan permintaan jangan terlalu bertele-tele, karena orang kebanyakan menulis email seperti novel dan ini tentu akan tidak direspon. Alih-alih, tinggalkan basa-basi dan langsung ke intinya,” katanya.

4. Bersabarlah

Hal terakhir, adalah bersabar. Penting untuk meluangkan waktu kamu sebelum menekan tombol kirim. Jangan terburu-buru mengirim email, karena kesalahan pengejaan atau nama penerima dapat merusak peluangmu untuk masuk ke perusahaan.

Terlebih jika kamu menggunakan template cold email. Sehingga, pastikan kamu menghubungi orang dan perusahaan yang tepat sebelum mengirim. Setelah email terkirim, bersabarlah hingga kamu mendapatkan respon.

“Pertahankan ekspektasi kamu dengan waktu. Khusus untuk Gen Z, mereka adalah digital native. Mereka terbiasa dengan komunikasi instan dan umpan balik instan. Tapi, lamaran kerja bukanlah proses instan,” jelas Salemi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com