Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disorot Luhut, Ini Alasan Bank Dunia Turunkan Indeks Performa Logistik Indonesia

Kompas.com - 20/07/2023, 09:40 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyoroti Indeks Performa Logistik (Logistics Performance Index/LPI) Indonesia periode 2023 yang dirilis oleh Bank Dunia.

Menurutnya, keputusan Bank Dunia untuk menurunkan skor Indeks Performa Logistik tidak adil. Sebab, Indonesia memiliki banyak pelabuhan dengan standar atau kelas yang bervariasi.

"Saya terus terang enggak fair juga dong kamu (Bank Dunia) nilai satu pelabuhan dengan katakanlah 34 atau 116 pelabuhan, kita angkanya banyak ini, tergantung strata tingkatan kualitas pelabuhannya," ujar Luhut, dikutip dari kanal YouTube Stranas PK Official, Rabu (19/7/2023).

Oleh karenanya, Luhut berencana mengundang perwakilan Bank Dunia untuk membahas Indeks Performa Logistik nasional. Dalam pembahasan itu, ia ingin mengetahui kelemahan kinerja logistik Tanah Air.

Baca juga: Kinerja Logistik Indonesia Merosot, Ini Penjelasan Pemerintah

"Setelah vakum lima tahun, logistics performance index kita kembali dirilis oleh World Bank. Nanti akan saya undang itu World Bank, mau tanya di mana kelemahan kita supaya kita tahu diperbaiki," katanya.

Sebagai informasi, Indeks Performa Logistik merupakan indeks kinerja logistik negara-negara di dunia yang dirilis oleh Bank Dunia. Indeks ini digunakan untuk menilai kinerja logistik suatu negara secara umum.

Adapun skor LPI Indonesia mengalami penurunan pada tahun ini. Tercatat skor LPI nasional sebesar 3,00 pada 2023, lebih rendah dari tahun 2018 sebesar 3,15. Dengan penyusutan itu, peringkat LPI Indonesia turun, dari peringkat ke-45 dunia menjadi ke-63 dunia.

Lantas, mengapa skor Indeks Performa Logistik Indonesia menyusut?

Dalam menentukan skor LPI, Bank Dunia memperhitungkan 6 indikator, yakni bea dan cukai, infrastruktur, pengiriman barang internasional, kualitas dan kompetensi logistik, pencarian barang (tracking/tracing), dan ketepatan waktu.

Dari keenam indikator tersebut, Indonesia hanya mencatatkan perbaikan pada dua indikator, yakni bea dan cukai dan infrastruktur. Bank Dunia mencatat, skor bea dan cukai meningkat menjadi 2,80 dan infrastruktur menjadi 2,90.

Sementara itu, indikator lainnya mengalami koreksi. Tercatat skor ketepatan menyusut menjadi 3,3, pencarian barang turun menjadi 3,0, pengiriman barang internasional turun menjadi 3,0, serta kompetensi logistik susut menjadi 2,9.

Baca juga: Luhut: Bank Dunia Enggak Fair soal Indeks Performa Logistik

Dengan melihat data tersebut, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, penurunan Indeks Performa Logistik disebabkan oleh indikator penilaian yang berkaitan dengna pihak swasta. Sementara itu, indikator yang berkaitan dengan pemerintahan mengalami perbaikan.

"LPI merupakan alat ukur kita di dalam mengidentifikasi tantangan peluang di dalam logistik perdagangan. Dalam pencatatannya, tidak semua indikator berkaitan dengan kinerja pemerintah, tapi juga pihak pelaku usaha," tutur dia, dalam keterangannya.

"Beberapa yang diukur ini sebenarnya berdasarkan survei-survei terhadap para pelaku usaha," sambung dia.

Oleh karenanya, pemerintah menekankan pentingnya upaya penataan ekosistem logistik melalui penerapan National Logistics Ecosystem (NLE). NLE sendiri merupakan kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak berkaitan dengan arus logistik barang, sistem perbankan, sistem transportasi pergudangan, dan entitas-entitas lainnya yang termasuk di dalam NLE.

"Dengan penerapan NLE ini menjadi salah satu inisiatif Pemerintah di bidang logistik yang bisa menjangkau berbagai indikator di LPI tadi, sehingga kalau NLE ini bisa 100 persen kita mandatorikan dan bisa efektif, mudah-mudahan bisa memperbaiki keenam indikator LPI tadi,” ucap Susi.

Baca juga: Implementasi NLE Diharapkan Genjot Kinerja Logistik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com