Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Meski Menurun, Industri Pengolahan Tetap Ekspansif dan Sumbang Pajak Tertinggi bagi Negara

Kompas.com - 26/07/2023, 15:30 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Industri pengolahan saat ini masih menjadi penyumbang pajak tertinggi di antara sektor-sektor lainnya.

Industri pengolahan berkontribusi sebesar 27,4 persen terhadap total penerimaan pajak pada periode Januari-Juni 2023 yang mecapai Rp 970,20 triliun.

Meski demikian, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, penerimaan pajak dari sektor industri pengolahan sedang mengalami penurunan.

Oleh karenanya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mendukung para pelaku industri menjaga produktivitas sehingga mampu meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan negara.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, terdapat sejumlah indikator yang menunjukkan bahwa kinerja sektor industri masih berada di angka produktif. 

“Inilah yang terus kita jaga,” katanya di Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Baca juga: Kemenperin Mudahkan Investor Jepang Kembangkan Industri Motor Listrik di Indonesia

Indikator-indikator tersebut, yakni purchasing manager’s index (PMI) manufaktur dan indeks kepercayaan industri (IKI).

Hasil survei S&P Global di lebih dari 40 negara menunjukkan, sekitar 61,9 persen negara-negara mengalami kontraksi dengan PMI di bawah 50. 

“Sementara itu, Indonesia selama 22 bulan berturut-turut atau hampir dua tahun terus berada di fase ekspansif dengan nilai PMI manufaktur di atas 50,” ujar Febri.

Masih berdasarkan data yang sama, disebutkan bahwa industri manufaktur Indonesia mengalami ekspansi yang cukup tinggi, yakni sebesar 50,3 pada Mei 2023 menjadi 52,4 pada Juni 2023. Angka ini berhasil muncul berkat dorongan permintaan baru yang tinggi.

Hal itu mengakibatkan kenaikan produksi yang juga turut berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga kerja. Indikator tersebut juga sejalan dengan IKI yang dirilis Kemenperin. 

Baca juga: Kemenperin Sebut Ekspansi Masif IKI pada Juni 2023 Didorong 21 Subsektor Industri

Pada Juni 2023, IKI berhasil menembus angka 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023. Nilai ini didorong meningkatnya IKI di 21 subsektor industri. 

“Mayoritas pelaku industri menyatakan bahwa kondisi usaha secara umum mengalami peningkatan dan memiliki pandangan positif terhadap kondisi usaha enam bulan ke depan,” kata Febri.

Kinerja sektor industri pengolahan non-minyak dan gas (migas) juga terlihat dari utilisasi yang berada di sekitar 70 persen pada Januari-Juni 2023. 

Hal itu menunjukkan tingkat produksi industri yang relatif stabil dan lebih tinggi dibandingkan pada 2021-2022 serta beranjak kembali menuju ke kondisi sebelum pandemi di angka 76 persen.   

Febri menambahkan, kondisi PMI manufaktur dunia pada Januari-Agustus 2022 berada pada posisi ekspansif, tetapi kontraktif dengan rata-rata di angka 49 pada September 2022-Juni 2023. 

Baca juga: Kemenperin: Ekspor Industri Manufaktur Turun akibat Gejolak Ekonomi Global

“Namun demikian, PMI manufaktur Indonesia dan negara Asia Tenggara masih lebih baik dibandingkan PMI manufaktur dunia, dengan rata-rata di atas 50,” jelasnya. 

Investasi di sektor manufaktur 

Pemerintah Indonesia terus berupaya mengejar peningkatan produktivitas dan daya saing sektor industri. 

Berdasarkan data United Union Statistics Economics, Indonesia merupakan salah satu dari 10 negara di dunia dengan kontribusi sektor manufaktur tertinggi terhadap output global.

Dalam hal ini, Kemenperin menjalankan kebijakan industrialisasi berbasis hilirisasi industri, sehingga peningkatan nilai tambah komoditas dapat dioptimalkan di dalam negeri. 

“Dengan nilai ekspor yang berlipat dibandingkan dengan hanya mengekspor raw material, sektor industri mampu memberikan kontribusi lebih banyak bagi devisa negara,” ujar Febri.

Baca juga: IKI Juni 2023 Meningkat, Kemenperin Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Meningkat

Hal itu seperti yang terlihat dalam nilai investasi di sektor industri manufaktur pada Januari-Juni 2023 (semester I-2023) yang mencapai Rp 270,3 triliun atau naik sekitar 17 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. 

“Sektor industri juga memberikan multiplier effect pada penerimaan negara, dengan meningkatnya pajak perorangan dari para pekerja industri,” jelasnya dalam siaran pers, Rabu (26/7/2023). 

Peningkatan investasi memberikan dampak positif terhadap hilirisasi di sektor industri, salah satunya dengan meningkatnya jumlah proyek industri di berbagai lokasi di Tanah Air.

Selain itu, kondisi investasi sektor industri pengolahan nonmigas dalam beberapa tahun mengalami kenaikan cukup signifikan. 

Hal tersebut menunjukan investor optimistis dan percaya dengan kondisi sektor industri di Indonesia.

Meningkatnya investasi juga menciptakan semakin banyak lapangan kerja baru yang berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. 

Baca juga: Industri Tekstil Kontraksi, Kemenperin: Imbas Inflasi AS dan Eropa, Permintaan Ekspor Turun

Pada Agustus 2022, tenaga kerja di sektor industri tercatat sebanyak 19,11 juta orang atau mencakup 14,13 persen dari total keseluruhan tenaga kerja. 

Jumlah tersebut melampaui angka tenaga kerja sektor industri sebelum pandemi Covid-19 atau 18,87 juta orang pada 2019. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com