Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indah Permatasari
Pegawai Bank Indonesia

Analis Junior di Bank Indonesia yang mengamati kondisi ekonomi di Indonesia

"Insentif" Makroprudensial, Meredam Fenomena "Wait and See"

Kompas.com - 16/08/2023, 11:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MELIHAT kondisi tiga tahun kebelakang, tahun 2020 menjadi awal mula keterpurukan ekonomi global. Tahun 2020 yang digadang-gadang menjadi tahun pemulihan ekonomi global, kandas begitu saja dengan kehadiran Covid-19.

Sebelum Covid-19 melanda, IMF optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh 3,3 persen. Namun, pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi global tumbuh negatif 3,1 persen.

Bahkan, negara-negara maju mengalami pertumbuhan yang lebih buruk di mana pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh negatif 4,5 persen, sedangkan negara berkembang tumbuh negatif 2,1 persen.

Kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal pandemi relatif lebih baik dibandingkan kondisi global. Tercatat Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sebesar 2,07 persen pada 2020. Lebih baik 0,03 persen dari kontraksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang dan 1,03 persen dari kondisi global.

Dari sisi produksi, kontraksi ekonomi terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Perdagangan Besar sebesar 15,04 persen.

Dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa menjadi komponen dengan kontraksi ekonomi terdalam sebesar 7,70 persen.

Hal ini dirasa wajar dan telah terprediksi karena kebijakan pemerintah yang melakukan pembatasan pergerakan alias Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada saat itu.

Lesunya perekonomian dan cepatnya penyebaran Covid-19 menjadi hal yang tidak diduga oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk kalangan pengusaha yang menjadi motor penggerak perekonomian. Pilihan sulit harus diambil antara kesehatan atau pendapatan perusahaan.

Di satu sisi, tidak sedikit perusahaan yang memiliki pinjaman di bank. Kalangan pengusaha harus memutar otak untuk membayar kewajibannya di tengah krisis yang melanda.

Tercatat dalam kondisi Covid-19, laju kredit bermasalah (nonperforming loan) perbankan meningkat tajam mencapai 3,06 persen pada Desember 2020.

Dengan kondisi ini, perbankan cenderung berhati-hati memberikan pembiayaan. Perbankan tentunya tidak ingin rasio NPL yang sudah cukup tinggi bertambah karena kondisi global yang belum sepenuhnya normal.

Momentum bangkitnya perekonomian

Setelah melalui tahun-tahun yang berat akibat krisis Covid-19, perlahan ekonomi Indonesia mulai bangkit.

Keputusan pemerintah mencabut PPKM dan pernyataan Presiden Joko Widodo (21/6) bahwa Indonesia telah beralih dari masa pandemi ke endemi, memberikan angin segar bagi geliat perekonomian domestik.

Diharapkan pada 2023 menjadi momentum kembali perkasanya perekonomian Indonesia.

Sinyal positif bangkitnya perekonomian ditunjukkan dengan bergerak positifnya indikator-indikator ekonomi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Pembinaan Berkelanjutan Sampoerna Diapresiasi Stafsus Presiden dan Kemenkop UKM

Whats New
Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Sanksi Menanti Pejabat Kemenhub yang Viral Usai Ajak Youtuber Korea Mampir ke Hotel

Whats New
[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

[POPULER MONEY] Buntut Ajak Youtuber Korsel ke Hotel, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan | Intip Tawaran 250 Merek Waralaba di Pameran Franchise Kemayoran

Whats New
Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Cukupkah Ekonomi Tumbuh 5,11 Persen?

Whats New
3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

3 Cara Blokir Kartu ATM BRI, Bisa lewat HP

Whats New
Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Singapore Airlines Group Pesan 1.000 Ton Bahan Bakar Berkelanjutan dari Neste

Whats New
10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

10 Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat HP Antiribet

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com