Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Gelar BUNEX 2023, Kementan Perkuat Industri Kelapa Sawit sebagai Penunjang Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 07/09/2023, 15:48 WIB
F Azzahra,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Pemerintah terus melakukan investasi pada sektor pertanian sebagai upaya untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.

Pasalnya, pertanian merupakan sektor yang berpotensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19.

"Sektor pertanian berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tidak hanya sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat, tetapi juga kunci dalam penyediaan bahan pangan dan bahan baku untuk kebutuhan industri," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (7/9/2023).

Hal itu dikatakan SYL saat menghadiri acara Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) bertajuk Penguatan Hilirasasi Perkebunan untuk Ketahanan Ekonomi Global yang digelar di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (7/9/2023).

Pasca pandemi Covid-19, muncul tantangan baru bagi Indonesia, yakni ancaman El Nino yang menimbulkan kekeringan dan cuaca panas hingga mengakibatkan kebakaran hutan dan lahan.

Baca juga: Hadapi Kekeringan Dampak El Nino, Ini Strategi Kementan

SYL mengatakan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) perkebunan pada triwulan II-2023 meningkat sebesar 3,71 persen atau Rp 207,92 triliun dari 2022.

Kontribusi PDB perkebunan untuk sektor pertanian juga meningkat sebesar 37,16 persen. Peningkatan tersebut dihasilkan dari aktivitas produksi kelapa sawit, karet, kopi, aren, kakao, dan lainnya.

Pencapaian nilai ekspor impor perkebunan hingga triwulan II-2023 juga meningkat 4,27 persen pada Januari-Juni, yakni dari Rp 43,66 triliun menjadi Rp 47,93 triliun dengan kontribusi tertinggi sebesar 78,55 persen berasal dari kelapa sawit.

"Capaian ini sebagai bukti bahwa roda pemulihan ekonomi terus bergerak di tengah kondisi ekonomi global yang memburuk. Pada 2013, ekspor komoditas perkebunan kelapa sawit, karet, kakao, kelapa, dan kopi melonjak tinggi. Hal ini menunjukkan komoditas perkebunan berpotensi sebagai sumber devisa negara," jelas SYL.

SYL menyebutkan, Indonesia harus tetap mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman El Nino melalui langkah strategis dan komitmen bersama untuk menguatkan ketahanan pangan.

"Harus dilakukan identifikasi dan mapping lokasi terdampak kekeringan, serta mengkategorikan zona merah, kuning, dan hijau di wilayah yang terdampak. Selain itu perlu dipercepat penanaman untuk mengejar sisa hujan, peningkatan ketersediaan alsintan dan air melalui pembangunan embung, parit, sumur, rehabilitasi, dan pompanisasi," kata SYL.

Baca juga: Kementan Perketat Pengawasan Sapi Impor Australia

Selain itu, kata dia pemerintah juga perlu menyediakan benih tahan kekeringan dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), serta menjalankan program 1000 hektar (ha) untuk mitigasi dampak El Nino melalui Gerakan Nasional (Gernas) El Nino di 10 provinsi dan 100 kabupaten.

Gernas dilaksanakan dengan melakukan penanaman di 500.000 ha, mengembangkan pupuk organik mandiri, mendukung pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) dan asuransi pertanian, serta menyediakan lumbung pangan di tingkat desa.

Sebanyak 99,29 persen masyarakat mengembangkan komoditas perkebunan kopi, kelapa, kakao, dan aren. Oleh karenanya, komoditas perkebunan sangat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis pangan dan El Nino.

"Melalui Bunex 2023, diharapkan perkebunan Indonesia semakin berkembang maju, mandiri, dan modern. Selain itu, dapat menciptakan sarana promosi bagi wirausaha perkebunan, memotivasi para petani dalam bersaing secara lokal maupun global, dan mampu berkolaborasi dan bersinergi bersama," tutur SYL.

Baca juga: Kementan Targetkan Produksi Padi 55,42 Juta Ton

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com