Dalam bukunya, Dalio menggunakan kerangka kerja (framework) untuk memahami bagaimana krisis utang terjadi.
Framework tersebut terdiri dari tiga fase: pertama siklus kredit, di mana utang yang berlebihan diberikan; kedua puncak kredit, di mana peminjam mulai mengalami kesulitan untuk membayar utang mereka; dan ketiga krisis utang, di mana peminjam tidak dapat membayar utang mereka dan krisis finansial terjadi.
Meskipun SMI dan Ray Dalio memiliki latar belakang berbeda, mereka memiliki beberapa persamaan dalam tindakan yang dilakukan untuk mencegah krisis keuangan global pada 2008.
Dalio mengambil tindakan untuk diversifikasi portofolio investasi dengan mengalokasikan dana ke instrumen investasi berbeda. Sedangkan SMI tidak secara langsung mengelola portofolio investasi.
Namun, sebagai Menkeu pengambil keputusan kebijakan ekonomi di Indonesia, SMI memiliki pengaruh besar dalam menentukan alokasi dana pemerintah di berbagai sektor ekonomi dan investasi yang dilakukan lembaga pemerintah.
SMI dan Dalio sama-sama memperhatikan pergerakan pasar dengan cermat dan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko investasi dengan memperbaiki sistem manajemen risiko untuk meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan.
Selain itu keduanya mengurangi penggunaan leverage, yaitu praktik meminjam uang untuk meningkatkan modal investasi. Penggunaan leverage yang terlalu besar dapat meningkatkan risiko kehilangan modal dengan cepat.
Salah satu praktik leverage yang diperkenalkan oleh SMI adalah memperketat persyaratan kredit dan pengawasan kredit di sektor perbankan Indonesia.
Hal ini bertujuan mengurangi risiko yang muncul akibat penggunaan leverage yang berlebihan di sektor perbankan.
Selain itu, ia juga memperketat regulasi investasi untuk mengurangi penggunaan leverage yang berlebihan di sektor non-bank, seperti pasar modal.
Ia juga memperkuat kerja sama internasional dalam mengatasi krisis keuangan global dan berpartisipasi aktif dalam forum-forum internasional seperti G-20 dan Bank Dunia.
Dalio memperhatikan pergerakan pasar global dengan cermat dan terus memperbaharui strategi investasi dengan melakukan riset mendalam terhadap perekonomian negara-negara di seluruh dunia sehingga dapat membuat keputusan investasi yang tepat.
Adapun SMI mengurangi ketergantungan Indonesia pada pasar global dengan meningkatkan diversifikasi ekspor dan mengurangi impor barang mewah.
Hal ini bertujuan memperkuat perekonomian dalam negeri dan mengurangi risiko terhadap fluktuasi harga.
Sebelum terjadinya krisis keuangan global pada 2008, Sri Mulyani telah mewanti-wanti akan adanya potensi krisis keuangan global yang dapat memengaruhi Indonesia.