Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Target Setoran Dividen BUMN Naik Tahun Depan, Saham Apa yang Menarik?

Kompas.com - 13/09/2023, 14:30 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ditargetkan menyetor dividen senilai Rp 85,8 triliun pada tahun 2024. Hal ini disampaikan dalam rapat bersama antara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bersama Panja A Badan Anggaran DPR RI.

Target dividen BUMN tersebut naik Rp 5 triliun dibandingkan dengan target yang tertera dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp 80,8 triliun.

Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, ada dua sektor emiten BUMN yang masih menunjukkan kinerja cemerlang, dan bisa menjadi pilihan investasi bagi investor ritel.

Baca juga: Intip Prospek Saham-saham IPO Tahun Ini, Sektor Mana yang Layak Koleksi?

Ilustrasi investasi saham. PIXABAY/FIRMBEE Ilustrasi investasi saham.

“Kalau perbankan kan kita lihat masih strong, telekomunikasi juga masih kuat. BUMN kan ada banyak sektor, tapi kita lihat yang positif (kinerjanya) itu ya perbankan dan telekomunikasi,” kata Robertus di Jakarta, Selasa (12/9/2023).

Mengacu pada laporan keuangan emiten BUMN atau IDXBUMN20 sektor perbankan mencakup Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) yaitu BNI, BRI, Bank Mandiri, dan BTN, laba tertinggi pada semester I 2023 dicatatkan oleh BRI, sebesar Rp 29,56 triliun.

Selanjutnya, ada Bank Mandiri yang mencatatkan laba bersih Rp 25,2 triliun pada semester I 2023, BNI sebesar Rp 10,3 triliun, dan BTN sejumlah Rp 1,5 triliun.

Sementara sektor telekomunikasi BUMN yang tergabung dalam IDXBUMN20, yakni Telkom Indonesia mencatatkan laba bersih Rp 12,75 triliun pada semester I 2023, sementara anak usahanya Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) meraup laba bersih Rp 1,02 triliun pada semester I 2023.

Baca juga: Buka-bukaan Lo Kheng Hong, Jual Semua Saham MBSS demi Cicipi PGAS

Namun demikian, tidak bisa dipungkiri beberapa perusahaan BUMN tercatat masih berkinerja buruk, seperti halnya BUMN karya.

Ilustrasi investasi saham.PIXABAY/SERGEITOKMAKOV Ilustrasi investasi saham.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, utang BUMN karya ke perbankan mencapai Rp 46,2 triliun. Ia tidak merinci bank mana saja yang menyalurkan pembiayaan ke BUMN karya.

"Menurut catatan yang kami miliki secara total kredit seluruh bank kepada BUMN karya adalah sebesar Rp 46,21 triliun," kata dia, dalam konferensi pers KSSK, di Jakarta, Selasa (1/8/2023) lalu.

Terkait hal tersebut, Robertus menilai bahwa investor masih bisa masuk ke saham-saham BUMN dengan kinerja baik, seperti perbankan dan telekomunikasi. Namun, untuk masuk ke BUMN karya, tentunya investor perlu mempertimbangkan dengan matang.

Baca juga: Fenomena El Nino Jadi Angin Segar bagi Saham-saham Emiten CPO

“Enggak semua BUMN kinerjanya turun, ada juga yang meningkat. Kita masih sarankan ke sektor yang leading saja sih, seperti perbankan dan telekomunikasi. Kalau untuk telekomunikasi, masih overweight, tapi untuk perbankan kinerjanya saat ini masih netral saja,” jelas dia.

Di sisi lain, investor perlu lebih cermat ketika ingin masuk ke saham-saham BUMN sektor transportasi dan jasa konstruksi.

Menurut dia, investor perlu melakukan pengkajian lebih lanjut mengenai kinerja perusahaan di masa depan, mengingat beberapa masih dalam proses restrukturisasi, dan PKPU.

“Untuk (sektor) transportasi dan jasa konstruksi masih on going, ya kita tunggu saja perkembangannya. Kemarin kan konversi utang menjadi jadi saham (Waskita Karya (WSKT)). Ya bisa juga dilihat langkah-langkah seperti itu di kemudian hari,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com