Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diutus Jokowi Selesaikan Konflik Rempang, Bahlil: Tanggung Jawab Saya sebagai Menteri dari Anak Kampung...

Kompas.com - 13/09/2023, 19:09 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, penunjukan dirinya oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, memang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai menteri.

"Kemarin Bapak Presiden sudah memerintahkan kepada saya untuk turun langsung. Ya itu memang tanggung jawab sebagai menteri dari anak kampung," ucapnya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (13/9/2023).

Bahlil pun menyebutkan, belum bisa langsung berangkat hari ini karena harus mendampingi Presiden mengunjungi pabrik.

Baca juga: Sejarah Konflik Lahan Pulau Rempang, Bermula dari Pemberian HPL ke Swasta

"Pak Sarmuji (Wakil Ketua Komisi VI DPR RI) mohon maaf saya tidak bisa turun sore ini karena besok harus mendampingi Bapak Presiden untuk meninjau pabrik LG baterai cell yang sudah produksi di Karawang, Jawa Barat," sambung Bahlil.

Bahlil menceritakan, dirinya sudah pernah ke Pulau Rempang pada Agustus 2023. Dia pun mengakui, saat itu disambut oleh aksi unjuk rasa dari warga setempat.

"Waktu saya turun pun, saya sempat ditemui rakyat. Ya demo kecil-kecilan lah. Tapi saya temui mereka. Tapi baik kok mereka. Insya Allah kalau kita ngomong baik-baik, insya Allah mereka juga punya hati kok," lanjut dia.

Meskipun begitu, mantan Ketua Umum Hipmi ini menegaskan bahwa urusan investasi tidak selalu berjalan mulus. "Enggak ada urusan investasi semuanya mulus. Membangun masjid saja kadang-kadang ada sengketa tanah, apalagi investasi," ucap Bahlil.

Penyebab konflik Rempang

Bahlil mempunyai 3 perkiraan penyebab konflik yang terjadi di Pulau Rempang, salah satunya adalah komunikasi.

"Dugaan saya, tapi kita jangan suuzon (berprasangka jelek) dulu, yang pertama komunikasinya kurang baik. Harus diakui," katanya.

Kemudian terjadinya pemberian izin wilayah kepada enam perusahaan. Namun, dia tidak menyebutkan nama perusahaan tersebut.

"Yang kedua, wilayah ini pernah diberikan izin enam perusahaan. Di mana izin itu setelah ditenggarai, diusut bahwa telah terjadi kekeliruan prosedur. Maka kemudian dicabut. Kita tidak tahu apa yang terjadi di dalam itu semua," ujar Bahlil.

Terakhir, Bahlil menyebutkan, bahwa negara lain iri melihat Indonesia mengembangkan kawasan PSN Rempang Eco-City.

"Ketiga, tidak semua negara itu senang dengan Indonesia kalau ini jalan (Rempang Eco-City)," ucap dia.


Baca juga: Soal Target Investasi di 2024 Rp 1.650 Triliun, Bahlil: Ini Perlu Perenungan Lebih Dalam

"Menurut saya ini harus kita selesaikan dengan baik-baik. Kalau yang punya hak, kita apresiasi. Tapi kalau yang tidak punya hak, tetapi merasa lebih berhak, negara enggak boleh kalah juga yang begini-begini,"  tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, terjadi bentrokan antara warga Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, dengan tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Direktorat Pengamanan Badan Pengusahaan (BP) Batam, dan Satpol PP di Pulau Rempang, Kamis (7/9/2023).

Bentrokan terjadi karena warga menolak pengembangan kawasan ekonomi Rempang Eco City di lokasi tersebut. Petugas gabungan mendatangi lokasi pukul 10.00 WIB, sementara ratusan warga memblokir jalan, mulai dari Jembatan 4.

Warga menolak masuknya tim gabungan yang hendak mengukur lahan dan pemasangan patok di Pulau Rempang. Pemblokiran itu dilakukan dengan membakar sejumlah ban dan merobohkan pohon di akses jalan masuk menuju kawasan Rempang.

Meski akses jalan mulai dari Jembatan 4 sudah diblokir warga, petugas gabungan tetap memaksa masuk untuk melakukan pemasangan patok.

Baca juga: Ada Konflik, Bagaimana Nasib Proyek PSN di Rempang?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Siap-siap, Antam Bakal Tebar Dividen 100 Persen dari Laba Bersih 2023

Whats New
Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Berkomitmen Sediakan Layanan Digital One-Stop Solution, Indonet Resmikan EDGE2

Whats New
Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Libur Panjang, KCIC Siapkan 28.000 Tempat Duduk Kereta Cepat Whoosh

Whats New
Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Emiten Penyedia Infrastuktur Digital EDGE Raup Laba Bersih Rp 253,6 Miliar pada 2023

Whats New
InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

InJourney: Bergabungnya Garuda Indonesia Bakal Ciptakan Ekosistem Terintegrasi

Whats New
KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

KAI Bakal Terima 1 Rangkaian Kereta LRT Jabodebek yang Diperbaiki INKA

Whats New
BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

BTN Relokasi Kantor Cabang di Cirebon, Bidik Potensi Industri Properti

Whats New
Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak 'Tenant' Donasi ke Panti Asuhan

Pengelola Gedung Perkantoran Wisma 46 Ajak "Tenant" Donasi ke Panti Asuhan

Whats New
Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Shell Dikabarkan Bakal Lepas Bisnis SPBU di Malaysia ke Saudi Aramco

Whats New
Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Utang Rafaksi Tak Kunjung Dibayar, Pengusaha Ritel Minta Kepastian

Whats New
BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

BEI Enggan Buru-buru Suspensi Saham BATA, Ini Sebabnya

Whats New
PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja hingga 10 Mei 2024, Cek Syaratnya

Work Smart
Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Koperasi dan SDGs, Navigasi untuk Pemerintahan Mendatang

Whats New
Cadangan Devisa RI  Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Cadangan Devisa RI Turun Jadi 136,2 Miliar Dollar AS, Ini Penyebabnya

Whats New
Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Bea Cukai Klarifikasi Kasus TKW Beli Cokelat Rp 1 Juta Kena Pajak Rp 9 Juta

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com