JAKARTA, KOMPAS.com – Sambal lele produksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sangatta, Kalimantan Timur, berupaya untuk menembus ekspor ke Korea Selatan.
Pemilik UMKM Pawon Q Nur Endang mengatakan, produk sambal lele tersebut merupakan tantangan yang diberikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) Pama Banua Etam.
Produk sektor perikanan budidaya ikan lele dari mitra binaan LPB Pama Banua Etam yang tidak terserap ke pasar, dijadikan nilai tambah oleh UMKM Pawon Q melalui produk turunan sambal lele, keripik lele, dan abon lele.
"Ternyata, produk inovasi itu diterima dengan baik oleh pasar. Sambal lele yang dijual di kisaran Rp 20.000 per pcs hingga Rp 35.000 per pcs sudah laku sekitar 200 pcs per bulan," sebut Endang yang juga pengurus Koperasi Olahan Kuliner Sangatta (Okusa).
Bahkan lanjut dia, produk sambal lele, yang menjadi inovasi istimewa UMKM di Sangatta, sudah menjajaki pasar ekspor ke Korea Selatan melalui pelaku bisnis produk olahan di sana.
Menurut Endang, hal tersebut tidak terlepas dari pendampingan dan pelatihan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Produk hasil usaha UMKM yang dulunya hanya dijual terbatas hanya di pasar lokal, kini sudah merambah marketplace digital, media sosial, bahkan sudah menjajaki ekspor.
“Kami sangat terbantu, karena mendapat pendampingan dan pelatihan hingga perizinan. Usaha kami langsung terdongkrak maju dalam beberapa tahun ini,” ujar Endang
Menurut dia, pemasaran produk Okusa kini merambah media sosial seperti di TikTok, Facebook, Instagram, dan juga sejumlah marketplace.
“Penjualan kami terdongkrak, yang sebelumnya hanya puluhan juta rupiah per tahun, kini sudah miliaran rupiah. Tahun 2022 lalu, omzet Okusa tembus Rp 3 miliar,” tutur Endang.
Sementara itu, Koordinator YDBA Sangatta Hendra menjelaskan, pihaknya membuat value chain antarsektor.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.