Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Dagang Karbon dan Nasib Mitigasi Perubahan Iklim

Kompas.com - 05/10/2023, 11:26 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kini dagang emisi (Emission Trading System/EU-ETS) Uni Eropa menyediakan fasilitas atau izin dagang karbon antar-negara sesuai Kyoto Protocol (1997) yang mulai berlaku sejak 16 Februari 2005. Pasal 2 Kyoto Protocol melibatkan 192 anggota dalam kerangka UNFCCC guna mengurangi konsentrasi GHG di atmosfer hingga level cegah perubahan iklim.

Sektor GHG ialah karbon dioksida (CO2), metane (CH4), hidrofluoro-karbon (HFCs), perfluoro-karbon (PFCs), sulfur heksafloride (SF6), dan nitrogen trifluoride (NF3). Pemerintah tiap negara menetapkan emisi nasional sesuai skema Kyoto Protocol dengan mengalokasi izin ke tiap perusahan sesuai kriteria-tetap.

Mitigasi Perubahan Iklim

Dagang karbon Uni Eropa (EU ETS) melalui mekanisme ‘cap and trade’ sejak tahun 2005, mencakup 45 persen emisi GHG di zona Uni Eropa. Periode dagang berlangsung 2005-2007 dan tahun 2008-2012 sesuai Kyoto Protocol. Tahap ke-3 tahun 2013-2020 dengan perkiraan mengurangi 21 persen GHG.

Target ini konon tercapai misalnya emisi melalui ETS turun 1,812 miliar ton tahun 2014 di Uni Eropa. ETS Uni Eropa dibayangkan sebagai panduan industri dan investor untuk transisi dari bahan bakar fosil (Twidale et al., 2023).

Antoine Dechezleprêtre et al. (2023) menyebut bahwa dagang karbon Uni Eropa menurunkan emisi karbon sekitar 10 persen tahun 2005-2012 tanpa dampak terhadap keuntungan dan lapangan kerja bagi peserta dagang karbon. Kini harga tunjangan EU ETS melampaui 100 euro per ton CO2 (atau sekitar 118 dollar AS) pada Februari 2023 (Susanne Twidale et al., 2023)

Namun, kini suatu bukti tidak terbantahkan tentang perubahan iklim di Uni Eropa. Kate Abnett dari Reuters menulis tentang tren pemanasan global di Eropa hingga Mei 2023 yakni 22 persen zona Eropa dilanda panas-kering, sungai dan danau kering, petani mengalami becana terburuk selama 500 tahun terakhir, khususnya di Spanyol dan Prancis. Panas melampaui 1,5 derajat Celsius dari level 150 tahun silam di Eropa.

Kini banyak negara mengadopsi dagang karbon Uni Eropa, khususnya instrumen pasar menurunkan emisi CO2 dengan biaya murah. Target sejak 2005 ialah pengurangan emisi GHG sebesar 8 persen tahun 2012 sesuai Kyoto Protocol (Directive 2003/87/EC).

Dagang karbon Uni Eropa adalah kebijakan mitigasi perubahan iklim berbasis mekanisme pasar. Model ini diikuti oleh bursa (dagang) karbon Regional Greenhouse Gas Initiative di Amerika Serikat dan Pilot Carbon Trading Markets di Tiongkok (Green et al. 2017; Newell et al., 2014:1316-1317).

Apakah dagang karbon efektif mitigasi perubahan iklim? Banyak riset menemukan dan menyimpulkan, bahwa insentif pasar guna mengurangi emisi harus dikaji secara tepat, benar, dan jujur. Sebab pasar karbon telah berkembang di seluruh dunia, seperti Korea Selatan, Jepang, Selandia Baru, Australia, Kanada, Inggris, dan India.

Model pasar karbon Uni Eropa (EU ETS) adalah isu populer bagi literatur dan riset pasar karbon sejak tahun 2006-2023. Sebab bursa atau dagang karbon Uni Eropa adalah tertua dan terbesar saat ini di dunia.

EU ETS melibatkan 11.000 instalasi dari sektor industri seluruh Uni Eropa dan non-Uni Eropa, misalnya Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein.

Bursa karbon Uni Eropa menerapkan ‘cap-and-trade’ yakni batas kuantitas emisi karbon guna mendapat izin, misalnya European Union Allowances (EUAs), bagi perusahan peserta program. Dua izin lain ialah Unit Pengurangan Emisi (Emission Reduction Units/ERU) dan Pengurangan Emisi Bersertifikat (Certified Emission Reductions/CER).

Hasilnya, bursa dagang karbon Uni Eropa lebih fokus pada efisiensi pasar, alokasi tunjangan, mekanisme harga, friksi dagang, dan cadangan stabilitas pasar (Perino, et al., 2016).

Sebagai satu mekanisme pasar, EU ETS memengaruhi pasar saham, pasar energi, industri intensif energi khususnya listrik, metalurgi, dan industri-industri transportasi. Apakah dinamika pasar ini dapat menurunkan emisi karbon atau cegah perubahan iklim? Tentu saja tidak.

Kajian Gilbertson et al. (2008) sejauh ini, terbukti benar. Misalnya, melalui Kyoto Protocol tahun 1997, sebanyak 38 negara industri hendak menurunkan level emisi GHG tahun 2012 sebesar 5,2 persen lebih rendah dari level emisi GHG tahun 1990. Rencana ini akhirnya gagal.

Di sisi lain, skema-skema dagang karbon biasanya tidak harmoni dengan penetapan anggaran karbon yang dibutuhkan guna meredam lonjakan panas bumi, menurut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC, 2021), ialah level kenaikan 1,5 derajat Celsius atau 2 derajat Celsius sejak Revolusi Industri abad 19 di Eropa, sesuai perjanjian internasional Kesepakatan Paris tahun 2015.

Lazimnya skema-skema dagang karbon (ETS), misalnya ETS di Uni Eropa, hanya fokus pada penghasil emisi skala besar dari sektor industri dan pembangkit listrik; sedangkan sektor transportasi dan konsumsi swasta bergantung pada kebijakan negara anggota Uni Eropa. Metana (CH4) atau dinitrogen oksida (N2O) tidak termasuk skema dagang karbon. Skema dagang karbon juga tidak berdampak pada pengurangan bahan konsumsi bahan bakar fosil. Sehingga skema-skema dagang karbon belum efektif menghasilkan mitigasi perubahan iklim selama ini, khususnya di zona-zona Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com