Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siap-siap Pemilu, Bagaimana Strategi Investasi Pasar Modal yang Aman?

Kompas.com - 15/10/2023, 17:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Seperti di tahun-tahun sebelumnya, ketidakpastian politik terkait Pemilu kerap menimbulkan kekhawatiran sebagian investor di pasar modal.

Indonesia sendiri akan mengadakan pesta demokrasi 2024, dengan Pemilu (Legistatif dan Presiden) pada 14 Februari 2024 serta Pilkada serentak pada 27 November 2024.

Menurut Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, berdasarkan data historis, kinerja pasar saham dan obligasi di tahun pemilu lebih dipengaruhi oleh faktor makroekonomi global dan domestik dibandingkan faktor politik.

Untuk itu, guna menyusun strategi investasi, sebaiknya ketahui dulu kondisi pasar di luar dan dalam negeri serta kelas aset yang berpotensi memberikan kinerja positif.

"Kemudian, susun portofolio. Sesuaikan komposisi aset di dalam portofolio dengan tujuan keuangan, jangka waktu, dan profil risiko kita," ujar Katarina dalam keterangan pers ke Kompas.com.

Baca juga: Ekonom: Pemilu Bakal Bawa Pertumbuhan Tingkat Konsumsi

Menyusun strategi investasi yang aman di tahun pemilu

Menurut Katarina, ada beberapa indikasi penyusunan strategi investasi di tahun pemilu. Berikut indikasinya.

1. Pasar Asia masih positif

Pasar Asia masih menawarkan iklim investasi yang lebih ideal bagi para investor. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang membaik, angka inflasi yang mulai melandai, dan suku bunga di kawasan ini juga diperkirakan sudah berada di puncaknya.

Ini sangat bertolak belakang dengan kondisi di negara belahan dunia barat yang menunjukkan perlambatan pertumbuhan serta inflasi yang tinggi.

"Pemulihan ekonomi China yang tidak terlalu positif membawa potensi keuntungan tersendiri bagi negara-negara lain di kawasan Asia untuk mendapatkan aliran dana investor asing yang mencari peluang di luar China," kata Katarina.

Baca juga: Pemilu Bukan Halangan untuk Berinvestasi di Sektor Hulu Migas

2. Dukungan dari pasar domestik

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 21 September 2023 telah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen. Keputusan BI telah memperhitungkan potensi kenaikan suku bunga The Fed satu kali lagi hingga akhir tahun 2023.

Faktor lainnya dari domestik adalah perekonomian Indonesia yang dipandang masih tetap bagus.

Hal ini didukung oleh angka inflasi bulan Agustus 2023 yang tetap terjaga di kisaran sasaran 3,0±1 persen dan relatif stabilnya nilai tukar Rupiah (yang menjadi salah satu penopang utama sentimen terhadap aset investasi Indonesia, baik untuk portofolio investasi maupun penanaman modal).

"Dibandingkan mata uang negara lain yang hampir seluruhnya melemah terhadap dolar AS, pelemahan Rupiah masih lebih terjaga," lanjut Katarina.

Baca juga: Memahami Laba Rugi Dalam Investasi Pasar Modal

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com