Arief sendiri mengaku sudah berkomunikasi dengan Direktur Pupuk Indonesa agar mampu memenuhi kebutuhan pupuk petani.
"Kalau pupuk subsidi sulit, untuk komersial harus ada. Saya sudah bawa Pak Ali Jamil sudah bawa Dirut pupuk Indonesia holding kalau nanti kurang bayarnya akan kita tandatangani sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak punya pupuk di 26.000 outlet," katanya.
Baca juga: Setelah Subang, Plt Mentan Dampingi Presiden Jokowi Panen Raya di Indramayu
Ke depan, Arief berharap penyuluh dapat mengkomunikasikan program asuransi pertanian agar memiliki jaminan modal disaat sawah mereka memiliki masalah.
Arief juga mengatakan, pihaknya telah menyiapkan semua sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan produktivitas.
"Untuk asuransi pertanian saya mohon para penyuruh mengkomunikasikan kepada para petani. Ini penting karena nanti bila ada gagal panen masih ada uang yang bisa digunakan untuk tanam berikutnya sebagai pengganti sehingga target produktivitas yang tadinya rata-rata 5,2 ton per hektar bisa meningkat 5,4 atau 5,5," katanya.
Sementara itu Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi mengatakan, kegiatan ini sejatinya dikhususkan untuk para penyuluh di 10 provinsi saja. Namun setelah acara berlangsung jumlah penyuluh yang mengikuti webinar ini mencapai 16.000.
Baca juga: KPK Sebut Ada Mark Up Anggaran di Kementan, Plt Mentan Janji Akan Hitung Ulang
"Jadi penanganannya di sentra produksi beras ini ada di 10 provinsi tapi kemudian sampai dengan jam 7 tadi sudah terdaftar 16.267 penyuluh, berarti ini ada yang di luar dari 115 Kabupaten juga gabung di sini. Artinya para penyuluh memang sudah kangen sama bapak menteri ingin bertatap muka meskipun hanya lewat webinar," katanya.
Menurut Dedi peran penyuluh di 10 provinsi ini sangat vital, karena mereka harus memastikan sarana prasarana pertanian tersedia setiap saat sehingga para petani tinggal melakukan tanam. Penyuluh juga diminta agar teknologi budidaya dapat dijalankan maksimal.
"Pada kesempatan ini yang kita tekankan kepada para penyuluh adalah persiapan musim tanam pertama atau musim 2023-2024 penyuluh harus memastikan sarana prasarana tersedia. Kemudian penyuluh harus memastikan bahwa teknologi budidaya untuk menggenjot produktivitas juga bisa dioptimalkan," katanya.