JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia dinilai sejumlah pihak telah mengalami fenomena deindustrialisasi dini. Hal ini ditunjukan dari kontribusi sektor manufaktur yang kian menyusut terhadap produk domestik bruto (PDB) dan pertumbuhannya yang lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penurunan kinerja industri manufaktur sebenarnya bukan hanya dialami oleh Indonesia saja. Ia bilang, hampir semua negara mengalami hal serupa.
"Hampir semua negara itu mengalami penurunan industri manufaktur," kata dia, dalam Kompas100 CEO Forum ke-14, Rabu (1/11/2023).
Baca juga: Kemenperin: Industri Manufaktur Tertekan Imbas Harga Gas Khusus Tak Berjalan Baik
Bendahara Negara menjelaskan, pelemahan kinerja manufaktur utamanya disebabkan sektor jasa yang tumbuh pesat.
Seiring dengan pesatnya perkembangan dan adopsi teknologi informasi, sektor jasa mengalami pertumbuhan signfikan, dan kontribusinya terhadap perekonomian negara mendekati sektor manufaktur.
"Sehingga ini menyebabkan seolah-olah pernaan sektor jasa mengambil alih manufaktur," ujarnya.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi juga mempengaruhi industri manufaktur itu sendiri, khususnya terkait pembukaan lapangan kerja. Dengan adopsi teknologi informasi, sejumlah peran sumber daya manusia (SDM) di industri telah tergantikan.
Baca juga: Perusahaan Manufaktur: Pengertian, Ciri-ciri, dan Contohnya
Melihat fenomena tersebut, Sri Mulyani menekankan pentingnya pengembangan kualitas SDM. Pengembangan diperlukan untuk mendongkrak tingkat produktivitas tenaga kerja, sehingga pada akhirnya dapat kembali berkontribusi terhadap industri manufaktur.