Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Ekonomi Indonesia Tumbuh di Bawah 5 Persen

Kompas.com - 06/11/2023, 13:31 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tumbuh 4,94 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III-2023. Realisasi ini mengakhiri tren pertumbuhan di atas 5 persen selama 7 kuartal terakhir.

Laju pertumbuhan ekonomi itu juga melambat dibanding kuartal sebelumnya. Tercatat pada kuartal II-2023, PDB RI tumbuh 5,17 persen secara tahunan.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, perlambatan pertumbuhan itu salah satunya disebabkan oleh faktor musiman. Berdasarkan data historis, laju pertumbuhan ekonomi kuartal III memang lebih lambat dari kuartal II.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 4,94 Persen pada Kuartal III 2023

"Hal ini memang sejalan dengan pola yang terjadi tahun-tahun sebelumnya di mana pertumbuhan ekonomi di triwulan III selalu lebih rendah dari triwulan II kecuali tahun 2020 ketika terjadi pandemi Covid 19," tutur dia, dalam konferensi pers, Senin (6/11/2023).

Selain faktor musiman, pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai 5 persen disebabkan oleh adanya penurunan sumber pembentuk PDB. Tercatat kinerja ekspor yang memiliki distribusi sebesar 21,6 persen turun 4,26 persen dan impor yang memiliki distribusi negatif 19,57 persen turun 6,18 persen.

Terkoreksinya sumber pertumbuhan net ekspor selaras dengan kinerja dagang nasional yang melemah. Hal ini utamanya dipicu oleh normalisasi harga komoditas ekspor unggulan Tanah Air seperti batu bara, minyak kelapa sawit, serta besi dan baja.

"Yang juga berpengaruh terhadap kinerja ekonomi Indonesia perkembangan kinerja perdagangan internasional. Penurunan harga komoditas di pasar global berpengaruh terhadap nilai ekspor beberapa komoditas unggulan Indonesia," tutur Amalia.

Baca juga: Bos LPS: Ekonomi Indonesia Masih Bisa Tumbuh 5 Persen


Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi juga disebabkan oleh konsumsi pemerintah. Tercatat konsumsi pemerintah yang memiliki distribusi sebesar 7,16 persen terhadap PDB turun 3,76 persen.

"Didorong oleh penurunan belanja pegawai, belanaj barang, dan belanja bantuan sosial," ucap Amalia.

Sementara itu, sumber pertumbuhan ekonomi lain masih menorehkan kinerja positif. Sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, konsumsi rumah tangga (distribusi 52,62 persen) mencatat pertumbuhan sebesar 5,06 persen.

Kemudian, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dengan distribusi 29,68 persen tumbuh 5,77 persen. Terakhir, lembaga non profit yang melayani rumahtangga (LNPRT) dengan distribusi 1,21 persen mencatat pertumbuhan sebesar 6,21 persen.

Baca juga: Awas, Risiko Ekonomi Indonesia Meningkat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com