Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Teten Masduki
Menteri Koperasi dan UKM

Menteri Koperasi dan UKM RI

Digital Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?

Kompas.com - 28/09/2023, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TRANSFORMASI digital saat ini menjadi penopang utama kemajuan ekonomi. Tiongkok barangkali boleh disebut sebagai salah satu negara yang berhasil melakukan lompatan kualitatif dalam produktivitas berkat revolusi teknologi dan industri.

Pesatnya ekonomi digital di sana bukan saja melahirkan perbaikan kualitas, efisiensi, dan fondasi kemajuan ekonomi, tapi juga melahirkan perbaikan tata kelola pemerintahan.

Alibaba, Baidu, Tencent, JD, dan TikTok (Douyin versi domestik) adalah platform digital Tiongkok yang berevolusi pesat menyatukan penawaran dan permintaan ekonomi.

Menyusul kehadiran Microsoft, Apple, Amazon, Google yang muncul di AS pada pertengahan 1990-an.

Tiongkok yang berambisi menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi dunia semakin kuat penetrasi ekonominya melalui kehadiran platform global digital mereka.

Walau sempat sedikit terganggu ketika Jack Ma pada 2021 mengejek birokrat sektor keuangan dan pemerintah China menegur keras petinggi industri digital.

Penerapan Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IOT) telah menghasilkan ekonomi baru dan memodernisasi ekonomi lama.

Namun di sisi lain, Tiongkok sangat ketat memagari pasar digital domestiknya dari serbuan produk impor.

Ada aturan pembatasan penjualan di pasar daring (e-commerce) dengan nilai tansaksi maksimal, produk impor yang dijual di e-commerce crossboarder harus melalui bea cukai dan pajak impor dengan nilai 70 persen dari impor normal.

Ada empat undang-undang yang terkait pengaturan e-commerce, yaitu perdagangan elektronik, keamanan produk, perpajakan, dan konsumen.

Produk impor wajib mematuhi regulasi penjualan produk impor seperti sertifikasi, labeling, ISO manufaktur dan persetujuan khusus.

Pokoknya impor sulit masuk ke pasar domestik Tiongkok yang merupakan pangsa pasar terbesar mereka. Di luar, AS dan Indonesia adalah pasar terbesar TikTok.

TikTok (Douyin dan Douyin shop) di Tiongkok sangat mengutamakan konten lokal walaupun secara aplikasi hampir sama dengan TikTok di luar China. Sangat sulit dimasuki oleh orang dari luar China.

Untuk berbisnis di Douyin harus mempunyai lisensi bisnis atau bermitra dengan agen
lokal.

Di Indonesia, TikTok bisa begitu leluasa berbisnis, seller-nya bisa menjual barang dengan harga yang sangat murah (predatory pricing) yang memukul daya saing produk UMKM di pasar online maupun offline.

Saat ini sudah 113 juta orang Indonesia terhubung ke TikTok, punya potensi untuk memonopoli pasar digital ekonomi Indonesia.

Dalam waktu singkat, TikTok sudah mengalahkan unicon Indonesia yang sudah hadir satu dekade lebih. Bahkan platform global sekalipun. Dan saat ini TikTok mau masuk ke sektor lain.

Dengan teknologi dengan mudah perilaku konsumen dijejaki dan menjadi acuan jaringan produksi di Tiongkok.

Project S2 TikTok di Inggris terbukti bisa menciptakan permintaan dari orang-orang yang tadinya masuk ke TikTok hanya untuk menaruh video pendek untuk kesenangan sosial.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com