TANGERANG, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan sejumlah program pengembangan energi baru terbarukan (EBT) sebagai strategi jangka panjang ketenagalistrikan nasional.
Pengembangan energi terbarukan tersebut tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutajulu mengatakan, perlunya pengembangan energi terbarukan seiring dengan kebutuhan tenaga listrik di tahun 2024-2060 akan tumbuh rata-rata di kisaran 3,6 hingga 4,2 persen per tahun.
Baca juga: Insentif Konversi Motor Listrik Naik Jadi Rp 10 Juta Per Unit
Maka dalam memenuhi kebutuhan energi nasional yang meningkat setiap tahunnya, pemerintah akan mengembangkan secara masif pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di 2030, yang akan diikuti pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) pada 2037.
"PLTS lebih banyak dikembangkan karena biaya modal yang relatif lebih rendah dengan pemanfaatan bendungan atau waduk PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), dengan konsep PLTS terapung sebagai solusi di tengah keterbatasan lahan di daratan," kata Jisman.
Saat ini Indonesia sudah memiliki PLTS Terapung Cirata di Purwakarta, Jawa Barat dengan kapasitas 145 megawatt (MW), yang sekaligus merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara.
Baca juga: Rincian Tarif Listrik per kWh Berlaku November 2023
Potensi PLTS terapung sendiri sangat besar, seperti di bendungan mencapai 14,7 GW yang tersebar di 259 lokasi.
Selain PLTS, pemerintah secara bertahap mengembangkan pula Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) hingga 22 GW. Peningkatan kapasitas dilakukan melalui pengembangan teknologi PLTP yang lebih modern dan pengembangan sistem panas bumi non konvensional lainnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya